Mohon tunggu...
Donyawan Maigoda
Donyawan Maigoda Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | Novelis| SEO Writer| Owner PT Xinxian Boba Indonesia

Hanya manusia biasa yang hobi menulis saat sedang gabut

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kehadiran Kecerdasan Buatan dalam Karya Tulis

10 Agustus 2023   05:56 Diperbarui: 10 Agustus 2023   05:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa depan yang mungkin tidak terlalu jauh, kita dapat membayangkan dunia di mana kecerdasan buatan (AI) mengambil alih pembuatan semua karya tulis. Saat itu, kita akan menyaksikan perubahan radikal dalam cara kita berinteraksi dengan karya sastra dan penulisan.

Salah satu kemungkinan yang muncul adalah meluasnya ketersediaan karya tulis. Dengan kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan teks dengan cepat dan efisien, jumlah karya yang dapat dihasilkan akan melonjak secara drastis. Sastra akan menjadi semacam lautan tak terbatas, dengan berbagai jenis cerita, artikel, dan karya nonfiksi yang dapat diakses oleh siapa pun. 

Pencipta AI akan mampu menghasilkan berbagai gaya tulisan, dari yang klasik hingga yang modern, memenuhi keinginan pembaca dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, ada aspek yang tidak bisa diabaikan, yaitu kehilangan keunikan dan kreativitas manusia. Salah satu kekuatan utama karya tulis manusia adalah kemampuannya untuk menyampaikan emosi dan pengalaman manusia dengan cara yang dapat dirasakan oleh pembaca. Karya tulis manusia mampu mempengaruhi dan menginspirasi orang lain, karena di dalamnya terkandung keberanian, kerentanan, dan perspektif yang unik.

Kecerdasan buatan cenderung beroperasi berdasarkan algoritma dan pola yang telah diprogram sebelumnya. Ini berarti bahwa karya tulis yang dihasilkan oleh AI mungkin memiliki kecenderungan untuk mengikuti pola yang sudah ada, menghasilkan karya yang seragam dalam gaya dan isi. 

Meskipun ini dapat membantu menjaga kualitas dan konsistensi, kita mungkin kehilangan variasi dan keunikan yang biasa terjadi ketika penulis manusia berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan kekhasan mereka sendiri.

Selain itu, perubahan dalam interaksi antara penulis dan pembaca juga mungkin terjadi. Saat ini, pembaca seringkali mengembangkan hubungan emosional dengan penulis melalui karya tulis yang mereka baca. 

Namun, jika AI yang menghasilkan semua karya tulis, interaksi tersebut mungkin hilang. Pembaca mungkin merasa kehilangan hubungan personal yang ada dengan penulis, karena mereka menyadari bahwa karya itu dihasilkan oleh AI tanpa adanya komunikasi dan emosi manusia yang terlibat.

Dalam dunia di mana AI menciptakan semua karya tulis, mungkin kita akan kehilangan elemen tersebut. Karya-karya tersebut mungkin akan terasa seperti replika yang terlalu sempurna dan tidak memiliki sentuhan manusia yang khas. Emosi dan pemahaman mendalam tentang pengalaman manusia yang hanya bisa dilakukan oleh manusia mungkin akan hilang dalam hasil karya AI.

Kemudian, perlu dipertimbangkan juga dampak terhadap industri penulis. Jika AI mengambil alih produksi karya tulis, penulis manusia akan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan tempat mereka dalam pasar.

Pekerjaan yang dulu diisi oleh penulis manusia mungkin akan diambil alih oleh AI yang lebih efisien dan produktif. Banyak penulis manusia yang menggantungkan mata pencahariannya pada pekerjaan penulisan. Jika AI mengambil alih banyak pekerjaan penulisan, ini dapat mengakibatkan kehilangan lapangan pekerjaan yang signifikan. 

Mungkin diperlukan adaptasi dan penyesuaian dalam hal penciptaan pekerjaan baru atau penyediaan dukungan untuk para penulis manusia.

Meskipun ada banyak potensi positif dalam memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan karya tulis, kita juga harus mengingat nilai-nilai yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Pertama, dengan adanya AI yang menghasilkan semua karya tulis, akan ada tantangan dalam menentukan keaslian dan keandalan informasi. Karya tulis manusia sering kali dibedakan oleh proses penelitian, analisis, dan interpretasi yang melibatkan kecerdasan emosional dan intelektual. Dalam dunia yang dikuasai oleh AI, kita perlu mempertimbangkan sejauh mana informasi yang disampaikan dapat diandalkan dan seberapa dalam pemahaman AI terhadap konteks dan nilai-nilai manusia.

Kedua, penting untuk menyadari bahwa karya tulis manusia bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses kreatifnya. Aktivitas menulis dapat menjadi sarana ekspresi pribadi, pengekspresian diri, dan penjelajahan ide-ide baru. Proses ini membantu pembuat karya untuk berkembang dan tumbuh sebagai individu. Jika kecerdasan buatan mengambil alih proses ini, kita harus bertanya apakah kita kehilangan pengalaman dan manfaat pribadi yang didapat dari menulis dan menciptakan karya.

Ketiga, ada pertimbangan etika yang perlu dipertimbangkan ketika mempertimbangkan dominasi kecerdasan buatan dalam pembuatan karya tulis. Kita perlu memikirkan tentang hak kekayaan intelektual, penggunaan data, dan kontrol atas karya. Apakah karya yang dihasilkan oleh AI harus dilindungi oleh hak cipta? Bagaimana penggunaan data dalam proses pembuatan karya oleh AI? Bagaimana kita dapat memastikan keamanan dan privasi informasi yang digunakan oleh AI dalam menghasilkan karya tulis?

Dalam melihat masa depan yang dikuasai oleh kecerdasan buatan dalam pembuatan karya tulis, kita perlu menjaga keseimbangan antara manfaat teknologi dan keunikan manusia. Meskipun AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dan ketersediaan karya tulis, perlu diingat bahwa nilai-nilai manusia, keunikan kreativitas, emosi, dan perspektif yang unik, masih penting dalam membentuk karya yang bermakna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun