Hal inilah yang sering menjadi salah penafsiran. Orang Sumatra terkenal dengan vokalnya, lantang dan spontan. Seperti kita mendengar pembicaraan orang Medan, bicaranya lantang seperti sedang marah, tapi belum tentu kenyataannya seperti itu. Beda lagi dengan suku Jawa, lemah lembut dalam bicara dan kadang rancu apakah sedang marah atau tidak. Perbedaan inilah yang harusnya Ahok pahami. Warga DKI ini sejak jaman dahulu tempat berkumpulnya segala Suku Bangsa. Seperti pepatah Minang mengatakan “Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung”. Ahok sebagai pemimpin harus bisa memahami hal dasar ini.
Soal eksekusi penggusuran saya "No Coment", kenapa??? Satu sisi, warga yg digusur memang banyak yang masih cacat hukum (bukan warga dki, tidak memiliki hak atas tanah, membangun di area yg tidak sesuai). Di sisi lain, langkah agresif pemerintah terlihat berlebihan, karena yg dihadapi rakyat yg rata-rata pengetahuan tata negara, hukum dan politiknya minim. Jadi terlihat atau terkesan ada pelanggaran HAM disitu. Namun berani saya bilang ini akibat salah urus pemimpin jauh sebelum Ahok yang notabene pemimpin terdahulu itu juga muslim. Karena Jokowi jadi Presiden dan digantikan Ahok, Jadi saya juga ingin tahu bagaimana jika dipimpin non muslim. Kita tidak bisa menolak, karena hukum negara ini sudah mengatur seperti itu.
Mengenai kasus yang menjerat Ahok. Seperti Reklamasi, Saya juga tidak ingin DKI Jakarta menjadi SINGAPURA ke 2. Agak Ngeri untuk membayangkanya. Dimana yang kuat melahap yang lemah. Jika saja lahan reklamasi itu untuk membangun kampung nelayan yanng jelas bermanfaat untuk mereka, pasti lain ceritanya.
Soal lain yang menyolok mengenai kasus Rs. Sumber Waras. Ini agak aneh, 2 lembaga negara BPN dan BPK berbeda data. Entah ada apa sebenarnya. Dari contoh kasus ini warga DKI seharusnya menyerahkan persoalan ini kepada pejabat terkait yang sudah diberi Amanah Warga DKI. Bersuaralah jika memang Anda benar-benar mengetahui persoalanya, atau setidaknya terlibat dalam kasus tersebut. Jika tidak sebaiknya diam. Pasrahkan saja kepada Allah SWT, Dia yang Maha Pembuat Rencana.
Yang menarik saat ini adalah Pilkada DKI. Buat saya belum ada figur yang sudah terbukti melayani publik dengan baik kecuali Ahok. Anies Baswedan dan Sandiaga bukan blum pernah menjadi operator pelayanan publik. Seperti kita tahu Anis di cabut mandatnya dari Menteri Pendidikan, Sedangkan Sandiaga saya anggap gagal juga sebagai pengusaha, Bank Pundi miliknya dijual ke Bank Banten. Lalu pasangan calon lainya Agus dan Silvi. Agus berpengalaman mengurus Tentara. Sedangkan yang agak lumayan Sylvi pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Pusat. Namun tetap belum bisa disejajarkan dengan Ahok, karena di era Sylvi cenderung mengikuti arahan penguasa, dilihat dari Mall yang menjamur hingga terjadi kemacetan yang luar biasa. Andai saja Ahok ini Muslim dan gaya bahasanya seperti Jokowi. Mungkin saja semua kejadian akhir-akhir ini tidak akan terjadi.
Sebagai penutup saya menghimbau kepada saudara-saudara Muslim dimanapun anda berada. Menghancurkan sesuatu itu soal mudah. Mari kita menjaga apa yang sudah dicapai negara ini. Mari kita sama-sama sepakat memberi contoh yang baik kepada ‘Tetangga Kita” yang Non Muslim maupun Non Pribumi. ISLAM sebenarnya tidak seperti apa yang mereka lihat saat ini.
Kita ini hanya manusia biasa, begitu pula AHOK dan para Ulama, jalankan yang baik dan tinggalkan yang buruk. Islam mengajarkan Kedamaian, Islam mengajarkan Keadilan. Kita tuntut pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan Ahok, namun jangan sampai kita malah jadi berbuat keburukan. Mari sama-sama kita Doakan AHOK mendapat Hidayah agar terbuka Mata Bathinya. Amin
Demikian Surat Cinta pada DKI ini dari hati yang Gusar “Serba Salah Karena Ahok”
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H