Kalau bicara tentang hal apa yang "Paling Indonesia", fenomena gegar budaya alias 'culture shock' adalah yang paling mewakili kondisi saat ini. Apapun yang dianggap unik dan menarik, tidak memerlukan waktu lama untuk menjadi heboh.
Fenomena gegar budaya ini tidak hanya terjadi di bidang media sosial saja, tapi hampir di semua bidang. Sebut saja booming distro, penggunaan RBT, band indie, fotografi, trend berburu kuliner, BlackBerry, sampai yang terbaru saat ini adalah sepeda fixie. Untuk media sosial, gegar budaya yang sempat terjadi adalah Friendster, Facebook dan Twitter.
Untuk media sosial, eksistensi Indonesia tidak perlu diperdebatkan lagi. Hingga saat ini Indonesia adalah negara dengan peringkat kedua pengguna Facebook terbanyak dengan lebih dari 36 juta user , yang tercatat dalam situs socialbakers.com. Peringkat pertamanya tentu saja diduduki oleh Amerika Serikat.
Pada media sosial Twitter, Indonesia juga termasuk salah satu negara yang banyak mendapat sorotan. Memang hampir tidak ada catatan resmi tentang peringkat negara dengan user terbanyak, karena pihak Twitter sendiri terlihat sangat tertutup dengan masalah ini. Tapi, banyak dan aktifnya user Twitter di Indonesia terbukti dengan seringnya Indonesia masuk ke dalam "Trending Topic". Bahkan Ariel Peterpan pun bisa 'mendunia' lewat Twitter, meskipun tidak dalam konteks yang baik.
Memang fenomena Twitter di Indonesia belum seperti Facebook. Namun,trend penggunaan jejaring sosial ini di Indonesia masih sangat berpotensi untuk berkembang. Kenapa? Karena dalam siklus gegar budaya, penggunaan Twitter ini masih berada pada tahap awal. Untuk penjelasan lengkapnya, akan saya jelaskan pada bagian tulisan di bawah ini.
Siklus Gegar Budaya, Dari 'Cult' Menuju 'Alay'
Fase pertama: Rintisan
Pada tahapan ini segelintir orang mulai menemukan suatu hal yang unik, dan mulai menggunakannya sehingga mereka terlihat berbeda dan menonjol dibandingkan orang lain pada umumnya. Mereka melakukan gebrakan untuk mendobrak hal-hal umum yang sudah menjadi kebiasaan. Apa yang digemari oleh para perintis ini kemudian menjadi 'cult' karena di luar kebiasaan dan masih dianggap aneh oleh masyarakat umum. Dan bagi anak muda, menjadi berbeda dengan orang kebanyakan itu identik dengan kata 'keren'.
Fase Kedua: Berkembang
Seiring berjalannya waktu, sesuatu yang awalnya menjadi 'cult' itu pada akhirnya mulai diterima oleh masyarakat. Akibatnya, makin banyak orang yang penasaran dan tertarik untuk ikut mencoba sesuatu yang dianggap 'cult' itu. Tentu dengan diiringi harapan bahwa dengan mengikuti hal-hal yang 'cult' tersebut akan membuat mereka ikut  terlihat keren.
Fase Ketiga: Booming
Karena semakin banyak orang yang mengikuti hal yang tadinya 'cult' itu, pada akhirnya terjadi booming besar-besaran. Karena booming itulah hal yang tadinya 'cult' dan eksklusif tersebut akhirnya berubah menjadi trend yang diikuti semua orang. Lalu semuanya mulai terbagi menjadi 2 kategori. Yang 'normal' karena menggunakannya dengan wajar dan yang 'alay' karena hanya sekedar ikut-ikutan.
Fase Keempat: Breakdown
Akhirnya, trend mulai meredup dan perlahan-lahan ditinggalkan. Pada tahap ini orang-orang 'cult' yang menciptakan trend tersebut mulai berpindah ke hal lain yang mereka anggap lebih menarik, dan menciptakan calon trend yang baru. Lalu, orang-orang yang lain akan mengikuti hal 'cult' baru yang muncul, sehingga akhirnya memulai siklus yang sama.
*Untuk definisi 'cult' dan 'alay' silakan cari sendiri di Google, karena kalau saya jelaskan disini nanti jadi terlalu panjang tulisannya.
Kalau tidak percaya dengan pemaparan di atas, anda tidak usah susah-susah menghubungi saya untuk bertanya. Anda tinggal melihat saja lingkungan sekitar, teman-teman dan keluarga anda. Membuktikannya sangat mudah. Anda punya akun Facebook? Jika ya, saya sangat yakin salah satu dari sekian banyak alasan anda membuat akun tersebut adalah karena diajak atau ikut-ikutan teman anda. Kalau anda malu mengakuinya, di dalam hati juga cukup kok.
Haruskah Kita Bangga? Tentu Saja!
Sekarang pertanyaannya adalah, apa kita layak membanggakan fenomena gegar budaya ini? Ya, sudah tentu kita harus bangga. Terutama untuk booming penggunaan internet dan media sosial. Penggunaan media sosial , terutama Twitter, secara tidak langsung memperkenalkan Indonesia ke mata dunia. Pengguna Twitter dunia telah mengetahui apa yang terjadi di Indonesia melalui hashtag-hashtag seperti #indonesiaunite, #prayforindonesia #timnasgaruda sampai #peterporn.
Memang, tidak semuanya dalam konteks yang baik. Tapi pengaruhnya sangat besar. Bahkan seorang Bruce Dickinson, vokalis band legendaris Iron Maiden, bisa mengetahui kasus yang menimpa Ariel Peterpan . Belum lagi bintang porno Vicky Vette yang rajin mengikuti isu-isu yang sedang hangat di Indonesia. Bahkan ia sampai membuat akun di KasKus, salah satu forum online terbesar di Indonesia. Ini adalah bukti nyata kekuatan pengaruh dari internet dan media sosial.
Karena gegar budaya internet dan media sosial, dunia bisa mengenal Indonesia dengan lebih jauh. Mari kita memanfaatkannya untuk memperkenalkan hal-hal yang baik tentang Indonesia kepada dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H