Mohon tunggu...
Agung Trianto
Agung Trianto Mohon Tunggu... -

Sehari-harinya berprofesi sebagai tukang jepret dan tukang ketik di sebuah majalah remaja lokal dari kota Bandung. Seorang bujangan kelas cheap bastard yang mensyukuri hidup.. also find me at http://dontorro.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emansipasi Wanita = Fatamorgana

21 April 2011   05:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saya tekankan bahwa saya bukan seorang chauvinist, anti-feminisme, anti emansipasi,  anti wanita, atau punya trauma yang berkaitan dengan wanita. Bukan pula frustasi karena cintanya pernah ditolak oleh seorang wanita. Saya hanya bosan mendengar omong kosong besar soal emansipasi dan persamaan hak yang gencar diteriakkan oleh kaum feminis di luaran sana. Mumpung momen ini bertepatan dengan Hari Kartini, saya rasa ini adalah waktu yang tepat untuk membahasnya.

Saya mohon maaf juga sebelumnya, saya tidak bermaksud untuk merendahkan atau melecehkan kaum wanita dengan postingan ini. Postingan ini justru saya buat karena saya sangat mengagumi makhluk ciptaan Tuhan yang disebut dengan Wanita.

Wanita itu makhluk istimewa

Seperti yang kita tahu, Tuhan menciptakan pria dan wanita dengan derajat yang sama, tapi tetap dengan keistimewaan yang berbeda. Kenapa? Karena pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tuhan menciptakan Adam, lalu mengambil tulang rusuknya dan menciptakaan Hawa.  Tulang rusuk membutuhkan tubuh, dan tubuh membutuhkan tulang rusuk. Ketika tubuh dan tulang rusuk bersatu, mereka akan saling melengkapi.

Bahkan agama Islam pun menyebutkan bahwa surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Kalian masih kurang dimuliakan seperti apa lagi, wahai kaum wanita? Surga itu dibawah telapak kaki ibu, bukan telapak kaki bapak.

Fasilitasnya juga istimewa

Di tempat umum seperti mall, pasti ada yang namanya Ladies Parking. Ada juga nursing room untuk ibu yang menyusui. Di klub malam, ada "Ladies Nite" yang membebaskan wanita untuk masuk dengan gratis, dan juga minuman gratis. Saat dalam antrian, ada juga istilah "Ladies First" yang mempersilahkan wanita untuk duluan. Masih banyak lagi fasilitas-fasilitas lain yang mengistimewakan kaum wanita. Kurang apa lagi sih?

Kalau mau disamaratakan dengan pria, ya semua kemudahan itu juga harus dihapuskan dong. Jangan ada Ladies Parking, biarkan saja mereka sama-sama pegal mencari parkiran. Jangan ada nursing room. Biarkan saja ibu-ibu menyusui sambil berjalan-jalan. Jangan ada Ladies Night, semua sama harus bayar. And so on, and so on..

Pekerjaannya lebih istimewa

RA Kartini telah berhasil menginspirasi kaum wanita. Dari yang awalnya hanya seputar dapur, sumur dan kasur sekarang sudah bisa menjadi pejabat, politisi, eksekutif bahkan presiden. Itu hebat! Dan wanita pun memang berhak menduduki posisi-posisi tersebut jika memang mampu dan kompeten. Tapi pernahkah anda melihat wanita menjadi buruh pemecah batu, tukang becak, supir truk, pengantar aqua galon, kuli angkut, atau pekerjaan kasar lainnya? Sangat jarang..

Bidang pekerjaan yang dilakoni wanita kebanyakan adalah pekerjaan dibelakang meja yang tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Ya, karena tenaga dan fisiknya memang berbeda dengan pria. Kalau wanita disamaratakan dengan pria, apakah wanita bisa (atau mau) menjadi buruh kasar? Harus mau menjadi pemecah batu, tukang becak, supir truk, pengantar aqua galon atau kuli angkut dong..

Contoh paling sederhana, silahkan minta tolong teman atau keluarga anda yang wanita untuk membantu mengangkut sekarung beras atau tabung gas 12 kg. Kebanyakan pasti menjawab "Nggak mau ah, itu kan kerjaan cowok."

Dalam pernikahan, haknya lebih istimewa

Dalam perceraian, suamilah yang harus memberi tunjangan. Bukan istri. Tak peduli apakah yang meminta cerai itu istri atau suami. Hak asuh anak juga biasanya jatuh ke pihak istri. Kalau mau adil ya istri juga harus mau bayar tunjangan cerai dong. Contoh lainnya adalah soal kekerasan fisik. Kalau ada seorang istri menampar suaminya, kebanyakan orang menganggap itu biasa dan sah-sah saja. Ketika seorang suami menampar istrinya, langsung digembar-gemborkan sebagai KDRT.

Kalau wanita disamaratakan dengan pria, tentu statusnya sudah tidak istimewa lagi. Berarti ya tidak usah dijaga dan dilindungi lagi oleh pria. Hak-hak eksklusif itu ya hapuskan saja. Contoh paling sederhana ya toilet umum tidak perlu dipisah, campurkan saja. Biarkan saja wanita belajar buang air kecil sambil berdiri. Bisakah??

Wanita dan pria itu pada dasarnya saja sudah berbeda. Maka, menyamaratakannya adalah sebuah omong kosong besar.. Karena, wanita adalah makhluk istimewa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun