Mohon tunggu...
doni hermawan
doni hermawan Mohon Tunggu... lainnya -

pria 24 tahun yang hobi tentang hal-hal yang berbau musik, olahraga, berpetualang,terutama menulis, serta fotografi yang sedang coba dipelajari lebih intens. Saat ini tengah berjuang menyelesaikan s1nya di ekstensi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Hari-hari diisi dengan menulis dan terus menulis. Karena baginya menulis adalah bercerita kepada siapapun yang membaca tulisannya. Impiannya adalah bisa berkeliling dunia dengan tulisan-tulisannya. Salah satunya meliput piala dunia secara langsung. Walaupun itu masih sekedar mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menghukum NH atau Sepakbola Indonesia?

30 Maret 2011   16:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Konflik yang melanda Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) seakan mencapai puncaknya kemarin Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora) melalui Andi Malarangeng akhirnya mengeluarkan sikap tegas dengan membekukan organisasi PSSI dibawah kepemimpinan Nurdin Halid (NH) dan Nugraha Besoes (NB).

Keputusan diambil karena PSSI dinilai tak transparan dan tak profesional menggelar kongres yang diminta FIFA untuk segera digelar.

Sikap tegas pemerintah bukannya menghentikan sikap pongah NH beserta kroninya. Namun NH malah menantang Andi selaku Menpora dan meminta Presiden SBY untuk mencopot Andi dari jabatannya karena dinilai tidak cakap.

"Saya mohon kepada Presiden yang saya cintai dan saya hormati untuk mencopot Alfian Malarangeng dari jabatannya karena tidak cakap dan tidak pantas," begitu seruan NH dengan lantangnya saat menggelar konfrensi pers di kantornya PSSI.

Namun menariknya entah sadar atau tidak ia mengakui dirinya sampah ditengah koaran pernyataannya. "Meskipun saya sampah namun saya adalah anak bangsa yang ingin berbuat," begitu salah satu ucapan yang dilontarkannya.

Apakah NH sadar kalau dirinya sekarang tak lebih dianggap "sampah" oleh para pecinta sepakbola Indonesia. Bau busuk yang menyengat dari sampah itu yang selama ini tersimpan di PSSI. Namun bau busuk pasti akan tercium juga serapi-rapinya disimpan. Dan kini seantero Indonesia meminta sampah itu segera dibersihkan.

Pernyataan NH lewat wawancara sambungan telepon dengan salah satu TV swasta nasional juga cukup menggelitik. Pria asal Makassar itu mengatakan hanya akan mundur jika memang tidak dikehendaki seluruh pemilik suara di PSSI.

Tak sadarkah NH bahwa selama ini suara yang menuntutnya turun dari singgasananya datang dari jutaan rakyat Indonesia. Gelombang protes di berbagai penjuru negeri merupakan bukti sahih. Jumlah yang jauh berlipat-lipat lebih banyak dari jumlah pemegang suara PSSI sah yang tak lebih dari angka 100.

Apalagi pemegang suara dalam versinya NH adalah hanya klub-klub yang mendukungnya. Selebihnya pemilik suara sah yang dianggap menentangnya tak diundang dalam kongres. Malah sengaja membuat undangan yang "salah alamat"

Jika kita flash back ke belakang tuntutan NH cs mundur bukannya faktor tidak senang terhadap individu. Namun suara-suara itu muncul karena semakin rumitnya keadaan sepakbola tanah air.

Kompetisi yang selalu diwarnai kericuhan dan sangat rentan dengan kasus suap. Pembinaan usia muda yang tak selalu sampai ke garis finisih, atau kerap putus di tengah jalannya. Dan muaranya tentu prestasi sepakbola Indonesia di mata dunia yang selalu terpuruk.

Lalu apakah pembekuan PSSI dibawah kepemimpinan NH oleh Menegpora selaku pemerintah merupakan episode akhir dari kisruh ini? Ancaman sanksi membayangi tim nasional kita yakni diharamkan ikut serta di kejuaraan internasional gawean FIFA selama beberapa tahun karena campur tangan pemerintah. Kita menantikan reaksi Sepp Blatter cs selaku pemegang otoritas tertinggi sepakbola dunia. Menghukum NH atau menghukum sepakbola Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun