Pelantikan Panitia Pemungutan Suara (PPS) secara serentak via daring (online) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minahasa Senin (15/6) kemarin menyisahkan beberapa hal yang menarik. Salah satunya kisah perjuangan tiga personil terpilih PPS Desa Rumbia Kecamatan Langowan Selatan yaitu Scwarz Kotel, Stevany Gonta dan Dindra Makese  yang berjuang mencari signal di tepi pantai.Â
" Signal tidak ada di kampung Rumbia, jadi calon PPS harus ke tepi pantai dan mencari lokasi yang jaringannya bagus, untuk mengikuti pelantikan PPS via online," tutur Vicky Conway Lumentut salah satu personil Panwaslu Desa Rumbia yang bertugas mengawasi langsung pelantikan PPS.
Sebuah ironi, ditengah pesatnya kemajuan teknologi dan informasi apalagi saat ini sudah menjadi "kebutuhan dasar" masih ada saja daerah yang blank spot, mudah mudahan pemerintah Kabupaten Minahasa bisa memperhatikan kebutuhan masyarakat.
Sekedar referensi Desa Rumbia adalah salah satu Desa tertua di Langowan, menurut penuturan cerita dari para orang tua yang dirangkum oleh budayawan muda Minahasa Bode Talumewo, pada mulanya sekitar tahun 1825 nelayan-nelayan dari Mongondow, Ternate, Buton, Bugis, Gorontalo dan Sangir mencari ikan Taut di Laut Maluku, sehingga di antara mereka ada yang singgah di pantai Rumbia.
Mulanya nelayan-nelayan ini karena kelelahan mereka beristirahat di tempat ini dan membuat daseng atau gubuk sebagai tempat berteduh. Oleh karena tempat ini terdapat banyak pohon rumbia yang tumbuh di rawa-rawa, maka mereka mengambilnya untuk dijadikan atap daseng/gubuk. Oleh karena pohon rumbia ini banyak manfaatnya,seperti daun dan tangkainya dapat digunakan untuk atap dan isi batangnya bisa dibuat sagu, maka akhirnya tempat peristirahatan itu dinamakan Rumbia.
Lama-kelamaan orang-orang yang dulunya beristirahat di situ, mulai tinggal menetap, dan jumlahnya makin bertambah. Mereka yang juga dulunya tinggal di Palamba dan Atep, sebagiannya mulai menetap di Rumbia, dan akhirnya menjadi perkampungan. Pada tahun 1854 perkampungan ini telah dipimpin oleh seorang Kepala Kampung bernama Albert Mawuntu yang berasal dari negeri Atep, dan ia merupakan Kepala Kampung yang pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H