Pertanjaan lain yang sering ditanyakan kepada saya, bahkan oleh sekretaris pribadi saya sendiri Max Yusuf Alkadrie, setelah keluarnya saya dari penjara, juga pertanyaan yang sama oleh saudara Salam, yakni mengapa ada garis tebal ditengah perisai Panca-Sila apakah sebagai tanda yang membuatnya dari anak bangsa yang berasal ibukota Daerah Istimewa Kalimantan Barat/DIKB/Pontianak, saya jawab hal ini sebenarnja ingin melambangkan / menyimbolkan letak negara RIS dilewati garis equator/khatulistiwa yang kebetulan tugunya ada di kota kelahiran saya sendiri Pontianak yang didirikan tahun 1928 jauh sebelum proklamasi R.I merdeka dan negara RIS terbentuk sampai dengan tahun 1938 disempurnakan oleh opsiter Silaban sahabat saya seperti bentuk tugunya sekarang ini, garis itu melewati Daerah Istimewa Kalimantan Barat/DIKB yang merupakan bagian kenegaraan, seperti dinyatakan dalam konstitusi RIS 1949, sebagaimana peta situasi sejarah kedaulatan sebelum RIS 17 Agustus 1945 sampai dengan 26 Desember 1949, agar kelak generasi mengetahui, gambar lambang negara RIS ini adalah ciptaan saya untuk membedakan dengan apa yang dibuat oleh Mr.M.Yamin yang juga berbentuk perisai hanya gambarnya ada sinar-sinar matahari.
Falsafah "thawaf" mengandung pesan, bahwa idee Panca-Sila itu bisa dijabarkan bersama dalam membangun negara, karena ber"thawaf" atau gilir balik menurut bahasa Kalimantannya, artinya membuat kembali-membangun / vermogen yang ada tujuannya pada sasaran yang jelas, yakni masyarakat adil dan makmur yang berdampingan dengan rukun dan damai, begitulah menurut Presiden Soerkarno, arah falsafahnya dimaksud pada udjungnya, yakni membangun negara yang bermoral tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai religius masing-masing agama yang ada pada sanubari rakyat bangsa di belahan wilajah negara RIS serta tetap memiliki karakter asli bangsanya sesuai dengan "jatidiri" bangsa / adanya pembangunan "nation character building" demikian penjelasan Presiden Soekarno kepada saya.
Saya sejujurnya hanya berupaya mengangkat kembali lambang-lambang / simbol-simbol yang ada diperadaban klasik bangsa ini bersama anggota Panitia Lambang Negara itulah sebenarnya semangat gotong rojong lewat perencanaan gambar lambang negara RIS sebagaimana ditugaskan kepada saya selaku Menteri Negara Zonder Forto Folio, karena memang tidak ada tugas lain untuk saya sebagai Menteri Negara selain merencanakan lambang negara dan menyiapkan gedung parlemen RIS, saya berharap agar kelak bangsa ini dicintai oleh kita semua bertekad untuk memajukan-membangun bersama. Itulah yang dapat saya sumbangkan kepada bangsa ini yang dicintai oleh kita, hanya saja saya "kecewa" dengan kabar diluar yang menerka-menerka Mr.M.Yamin yang membuat lambang negara RIS, sedangkan file-file serta transkrip lambang negara Mr.M.Yamin yang pernah ditolak oleh pemerintah dan parlemen RIS ada ditangan Panitia Lambang Negara yang kemudian file-file lambang negara itu saya simpan dengan baik, sampai kemudian sekitar akhir 1966 saya selamatkan ke Istana Kadriah Pontianak, kemudian saya bawa kembali ke jakarta sekitar awal 1967, saya titipkan kepada nona K.Irawati anak Syamsuddin Sutan Makmur / pernah menteri penerangan periode 30 juni - 12 Maret 1956 yang ketika itu satu ruangan penjara bersama saya menjadi tahanan politik, di rumah beliaulah di jalan Radio Dalam jakarta Selatan tempat sementara saa tinggal setelah keluar dari penjara, yang akhirnya semua file saya bersama file Mr.M Yamin diserahkan kepada sekretaris pribadi yang kebetulan cucu saja Max Yusuf Al-Kadrie, hingga saat ini agar terselamatkan bagi bangsa ini.
Saya pun ragu saat ini apakah idee Panca-Sila itu hasil rumusan dari Mr.M.Yamin dalam Panitia Sembilan seperti yang berkembang dimasyarakat seperti saudara tanyakan kepada saya, karena terus terang saya tidak mengikuti perkembangan di luar, masih dalam penjara, ada baiknya untuk itu saya meminta saudara sebagai wartawan juga menanyakan langsung kepada Mr Mohammad Hatta sebagai saksi sejarah dalam ke Panitiaan Sembilan 1945, sebelum sejarah ide Panca-Sila itu dibelokan atau "dipalsukan" orang yang tidak bertanggung jawab, dan saya berharap transkrip hasil wawancara itu bisa dikirim kepada saya, sungguh berterima kasih kepada saudara jika saudara mau menanyakan hal ini kepada Mr Mohammad Hatta.
Penjelasan lain atas file transkrip pembuatan gambar lambang negara yang saya buat ini sudah pernah saya jelaskan secara jelas kepada sekretaris pribadi saya Max, dan penjelasan ini hanya untuk melengkapi apa yang sudah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang tidak memuat secara jelas dan rinci pokok-pokok pikiran tentang lambang negara Rajawali Panca-Sila dalam transkrip saya. Demikianlah jawaban saya atas pertanyaan saudara Solichin Salam dan semoga menjadi penjelasan yang objektif menjawab saudara, jikalau kurang jelas harap saudara berkunjung kediaman saya kembali setiap saat, terima kasih atas hal yang sudah dipertanyakan kepada saya menjadikan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa yang dicintai oleh kita. (sumber: Turiman Fachturrahman Nur)
Semoga yang sedikit ini dapat sedikit pula membantu pelurusan sejarah mengenai Lambang Negara kita. Akhirnya kepada Allah Seru Sekalian Alam segala hal ihwal kehidupan dunia kita kembalikan urusannya, karena hanya dengan yakin kepada-Nya lah, kebenaran akan berpihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H