Mohon tunggu...
Donnie Trisfian
Donnie Trisfian Mohon Tunggu... Seniman - Pembelajar

Lahir di Kediri, 7 Desember 1992. Menghabiskan 19 tahun di kota kelahiran dan setelah lulus SMA merantau ke Malang untuk belajar desain grafis dan multimedia. Tahun berikutnya diterima di Jurusan Sastra Indonesia, FIB, UGM. Pernah berniat untuk menjadi editor, penulis, atau pengajar. Namun, saat ini lebih banyak terlibat di kegiatan seni dan budaya sebagai dokumentator. Saat ini sedang belajar dan bekerja di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, lembaga seni & kebudayaan di Yogyakarta. Memotret untuk kebutuhan dokumentasi dan sedang mengembangkannya ke wilayah yang lebih serius. Berusaha giat menulis sebagai bentuk tanggung jawab dan merawat cinta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masa Sabatikal: Saat Untuk Memberi Jeda, Berefleksi, & Berbagi Kebahagiaan

31 Desember 2020   01:05 Diperbarui: 31 Desember 2020   01:15 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-photo/man-jumps-from-year-2020-2021-with-sunlight-sea-as-background_8706426.htm

Kita semua pasti tidak pernah membayangkan bahwa tahun 2020 ini akan kita lewati dengan berbagai pembatasan. Barangkali di awal tahun 2020 kita telah beresolusi untuk liburan ke berbagai tempat, menonton  konser idola, pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga saat libur panjang, atau bahkan membuat kegiatan seru yang melibatkan banyak orang. Namun, tiba-tiba semua itu harus kita batalkan, dan untuk beberapa hal untungnya memang masih dapat disiasati dengan mengubah strategi. Situasi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya terjadi begitu saja. Sebuah wabah penyakit dengan penularan yang begitu cepat mengancam seluruh dunia. Kita dituntut untuk lebih waspada, mengurangi pertemuan fisik, dan memperhatikan kesehatan dengan betul-betul. Apa-apa yang biasanya wajar, seperti berkumpul, bersalaman, dan pergi-pergi menjadi tidak lagi wajar. Kita kemudian merumuskan sebuah cara untuk hidup lebih aman dengan menerapkan berbagai macam protokol yang kita sebut sebagai normal yang baru.

Keadaan ini barangkali membuat banyak orang merasa frustasi. Kita semua secara global mengalami krisis ekonomi dan kesehatan. Kita seakan dituntut untuk segera beradaptasi dan berdamai dengan keadaan. Seiring berjalannya waktu ternyata sebagian besar dari kita mampu untuk survive menjalani hari-hari. Sebagian yang lain bahkan malah banyak menerima berkah terselubung. Walaupun tidak bisa dipungkiri juga bahwa banyak korban yang berjatuhan. Di sisi lain, ketidakpastian ini ternyata telah mengajarkan kita untuk lebih waspada dan lebih hati-hati dalam menjalani hidup. Secara tidak langsung, ternyata kita telah banyak belajar dari situasi ini.

2020 Sebagai Momen Sabatikal Warga Dunia

https://www.freepik.com/free-photo/young-woman-sitting-bed-looking-through-window_6060180.htm#page=1&query=contemplation&position=7
https://www.freepik.com/free-photo/young-woman-sitting-bed-looking-through-window_6060180.htm#page=1&query=contemplation&position=7

Melihat apa yang terjadi hampir selama satu tahun ini saya jadi teringat akan sebuah istilah, yaitu 'sabatikal'. Istilah ini berasal dari bahasa ibrani dan cukup melekat dengan konsep sistem kepercayaan di sana. Secara umum sabatikal dapat dimaknai sebagai laku memberi jeda atas sebuah rutinitas kehidupan, pada konsep aslinya berlangsung setiap pekan. Namun, seiring berjalannya waktu konsep ini digunakan dalam konteks global dan dimaknai sebagai masa untuk rehat. Di dunia akademik di beberapa negara kita juga bisa menjumpai istilah sabatical leave, sebuah aktifitas yang dilakukan oleh dosen saat mengambil rehat/cuti beberapa waktu dari aktifitas mengajar dan memanfaatkan waktunya untuk merenung. Dalam masa perenungan ini biasanya mereka diberikan tanggung jawab untuk menghasilkan sebuah hasil renungan berupa karya ilmiah yang tak jarang hasilnya begitu bagus. Selain di dunia akademik, sabatical leave banyak dilakukan oleh para filantropis menjalankan laku meninggalkan rutinitas harian untuk membagi apa yang dimiliki kepada orang lain, biasanya ia memilih hidup dan tinggal pada suatu tempat (Live in) dalam jangka waktu tertentu untuk membagikan apa yang dia miliki.

Saya sendiri menganggap tahun 2020 ini merupakan tahun sabatikal, di mana kita diminta untuk mengurangi aktifitas, banyak-banyak di rumah, dan membatasi diri atas pertemuan fisik. Seakan ini merupakan momen bagi bumi kita untuk re-charge dan meminta kita untuk untuk berefleksi. Memaknai apa yang telah kita lewati, apa yang sedang dijalani saat ini, dan merencanakan dengan baik apa yang akan datang.

Momen ini seperti memberikan kita kesempatan untuk memberi jarak, memberi jeda pada rutinitas kehidupan yang sebelumnya menghanyutkan kita pada sebuah pusaran deras. Bagi sebagian orang, barangkali mereka memang tak pernah merasakan perbedaan dalam hal menjalani aktifitas sehari-harinya -karena pekerjaan yang tidak memungkinkan di kerjakan di rumah-, namun bagi sebagian yang lain momen ini benar-benar banyak mengubah cara hidup dan rutinitas. Kita jadi mengenal istilah WFH, mengerjakan segala bentuk pekerjaan di rumah. Kita jadi banyak waktu di rumah, sehingga banyak yang bisa kita lakukan di rumah. Walau pun tak jarang rasa bosan selalu hadir saat kita bekerja di rumah dan perlu bekerja keras untuk beradaptasi.

Aktifitas Di Masa Sabatikal

https://www.freepik.com/premium-photo/beautiful-caucasian-woman-smiling-lying-down-with-clutter-clothes-floor_10003860.htm#page=1&query=cluttering&pos
https://www.freepik.com/premium-photo/beautiful-caucasian-woman-smiling-lying-down-with-clutter-clothes-floor_10003860.htm#page=1&query=cluttering&pos

Di masa di rumah aja ini, sebagian dari kita memanfaatkan waktu di rumah untuk kembali membangun kedekatan dengan keluarga, dan kedekatan dengan 'rumah' itu sendiri, yang selama ini tidak benar-benar kita diami, sebab hanya menjadi tempat persinggahan. Dua kegiatan yang bisa dan sudah banyak dilakukan oleh sebagian besar para WFH untuk menempuh tujuan membangun relasi dengan rumah dan keluarga adalah dengan beres-beres rumah/clutering dan juga memanfaatkan waktu di rumah untuk berkebun. Apakah kamu juga salah satu melakukannya? Dua aktifitas ini memang terdengar sederhana, namun seringkali hanya menjadi angan-angan saat kita dituntut dengan mobilitas tinggi. Selain membangun kedekatan, dua kegiatan ini ternyata dapat membuat kita lebih merasa tenang dan kontenplatif. Selain itu manfaat dari dua kegiatan ini adalah membuat kita merasa nyaman, tenang, dan lebih sehat.

https://www.freepik.com/free-photo/closeup-picture-gardener-s-hands-planting-plant_10401294.htm#page=1&query=gardening&position=7
https://www.freepik.com/free-photo/closeup-picture-gardener-s-hands-planting-plant_10401294.htm#page=1&query=gardening&position=7

Lalu, apakah ada manfaat lain dari beres-beres rumah dan berkebun? Tentu saja ada. Dari beres-beres rumah, manfaat yang paling nyata kita rasakan adalah kita jadi mendapati bahwa tempat tinggal kita menjadi lebih bersih dan rapi. Kita kembali menata perabotan di dalam rumah, memilah-milah barang yang masih dibutuhkan atau yang sudah tidak dibutuhkan, dan yang terakhir kita dapat memastikan bahwa kita dapat bekerja di rumah dengan nyaman. Lalu, apakah kira-kira manfaat dari berkebun? Sebagian orang merasa bahwa dari aktifitas  berkebun mereka dapat merasakan healing dan mengurangi stress. Akhir-akhir ini juga cukup banyak orang yang berkebun dengan menanam bahan makanan dengan berbagai teknik. Ini juga menarik, sebab kita bisa makan bahan olahan dari kebun kita sendiri, dan ini tentu saja akan membuat kita lebih sehat.

Membagikan Hasil Dari Aktifitas Dalam Masa Sabatikal

https://www.freepik.com/free-photo/birthday-present_5535032.htm#page=1&query=give&position=31
https://www.freepik.com/free-photo/birthday-present_5535032.htm#page=1&query=give&position=31

Selain manfaat langsung yang dapat kita rasakan, dua kegiatan di atas sebenarnya juga bisa kita manfaatkan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Lalu bagaimana caranya? Saat kita beres-beres rumah kita pasti mendapati banyak barang yang masih layak pakai namun sudah tidak kita pakai lagi. Bisa berupa baju, peralatan elektronik, maupun barang-barang yang lain. Kemudian ketika kita berkebun sebenarnya kita juga akan menuai hasil kebun baik berupa benih pohon yang bertumbuh jadi tunas, hasil buah-buahan, maupun hasil sayuran. Nah, dari kedua hasil dari kegiatan di atas sebenarnya kita dapat dengan mudah berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Salah satunya adalah dengan membaginya kepada orang lain.

Lalu kepada siapa saja kita bisa membaginya? Nah, coba kita ingat-ingat lagi apakah ada sanak saudara yang kira-kira membutuhkannya? Atau kita juga bisa mulai berpikir untuk menyantuni anak-anak di panti asuhan melalui hasil dari kedua kegiatan tersebut. Pasti mereka akan sangat bahagia. Ada baiknya kita coba menghubungi mereka dan mencoba menawarkan untuk memberikan apa yang kita miliki. Sebab siapa tahu mereka memang sedang membutuhkan barang layak pakai yang sudah tidak kita pakai. Dengan demikian kita pasti akan merasakan manfaatnya, kita akan lebih terhubung dengan membagi kebahagiaan. 

Kalau untuk hasil berkebun sebenarnya kita bisa membaginya kepada tetangga sekitar, dan khusus untuk benih yang tumbuh jadi tunas coba pikirkan untuk membaginya pada sahabat-sahabat yang jauh. Barangkali ini memang sesuatu yang sederhana, namun dampaknya akan luar biasa, dengan asumsi sahabat yang kita kirimi akan menanam tunas pohon tersebut. Untuk itu, jangan lupa sertakan sebuah surat cinta untuk sahabat dengan penekanan untuk benar-benar menanam pohon tersebut di sekitar rumahnya. Jika pohon tersebut ditanam dan tumbuh dengan semestinya, suatu saat itu akan menjadi sebuah monumen yang mengingatkan kita bahwa pada tahun 2020 kita semua telah berusaha keras untuk bertahan hidup. Pohon tersebut akan mengingatkan kita akan luar biasanya kita semua, dan itu pasti akan menghangatkan dada.

Lalu, bagaimana cara kita menyalurkan apa yang mau kita bagikan jika yang mau kita beri jauh dari tempat kita tinggal? Ini barangkali jadi satu pertanyaan yang mudah dijawab di zaman sekarang. Kalau cuma mau kirim barang, tanaman, dan hasil panen serahkan saja ke JNE. Ada layanan ekspres juga yang menjamin barang kita sampai dalam waktu yang singkat. Mudah sekali caranya, kita tinggal packing barang dan memastikan packing kita cukup aman. Lalu, kita bisa mengunjungi counter JNE terdekat untuk mengirimkannya. Mudah bukan? Berbagi tidak serumit yang kita bayangkan dan dengan berbagi yang pasti kita akan lebih terhubung dan bahagia bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun