Dadi wong ki mbok sing solutip !
Jadilah manusia yang selalu memiliki solusi. Begitulah kira-kira maksud dari salah satu jargon yang marak akhir-akhir ini seiring dengan sosok Bu Tedjo yang kontroversial dalam film pendek berjudul “Tilik”. Aku beruntung menjadi salah satu yang mampu mencerna film tersebut dengan maksimal dan tanpa kendala bahasa yang berarti. Terlahir di tengah-tengah keluarga Jawa membuat aku akrab dengan penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Sejak kecil pun orang tua selalu menanamkan nilai-nilai luhur suku Jawa yang masih terbawa sampai saat ini.
Ajining raga dumugi busana, ajining diri dumugi ning lathi
Pepatah di atas adalah salah satu nilai budaya Jawa yang selalu ditanamkan oleh ibu dan ayahku. Pepatah tersebut kurang lebih dapat diartikan bahwa seorang manusia akan dinilai dari bagaimana dia menjaga lisan dan berpenampilan apik ketika dipandang.
Masih teringat jelas hari-hariku dulu ketika ibu selalu memintaku berdiri di hadapannya dan berputar-putar bak peragawati sampai beliau yakin akan penampilanku setiap hendak berangkat ke sekolah. Bagiku cara berpenampilan juga merupakan bentuk penghargaan bagi orang yang kita temui, sehingga pemilihan busana yang sesuai menjadi salah satu hal yang paling esensial dalam keseharianku.
Adalah seorang sahabat masa kecil bernama Mattheus Prasetyo Arief Hidayat yang kali ini ingin kusapa. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama menempuh pendidikan di SMPN 1 Malang. Dia akrab dengan panggilan “Cak Matt” di kalangan kawan-kawanku. Julukan “Cak” sendiri merupakan panggilan akrab bagi pemuda laki-laki di daerah Jawa Timur. Kami mengenalnya sebagai seorang pribadi yang supel dan ulet bekerja keras.
Suatu ketika aku bertemu dengannya secara kebetulan di sebuah pusat perbelanjaan di kota Malang. Seperti biasa Cak Matt berpenampilan kasual seperti pemuda kebanyakan. Kali ini dia mengenakan celana jeans dan kaos oblong berdesain unik yang langsung menyita perhatianku.
Tampak sebaris karakter yang mungkin tidak semua orang mampu memahami artinya. Kukenal barisan karakter tersebut sebagai rangkaian dari beberapa aksara Jawa yang mengandung makna tertentu. Pelajaran mengenai aksara Jawa pernah kudapatkan ketika duduk di bangku Sekolah Dasar dan merupakan salah satu pelajaran favoritku.
Spontan aku merasa tertantang dan mencoba mencerna arti dari barisan aksara Jawa tersebut. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya aku tersenyum puas karena masih mampu membacanya. “Matheus” begitulah barisan aksara Jawa itu jika ditulis dalam alfabet.
Dikutip dari ensiklopedia bebas wikipedia, aksara Jawa atau yang juga dikenal sebagai Hanacaraka adalah salah satu sistem penulisan aksara tradisional Indonesia yang berkembang di pulau Jawa.
Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Jawa, namun dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis beberapa bahasa daerah lainnya seperti bahasa Sunda, Madura, Sasak dan Melayu, serta bahasa historis seperti Sansekerta dan Kawi. Aksara Jawa terdiri dari sekitar 20 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan.
Baru kali ini aku menemui kaos dengan desain seperti yang dikenakan Cak Matt saat itu. Rasanya asyik juga kalau aku punya kaos serupa dengan namaku tertulis dalam aksara Jawa. Apalagi pada kondisi seperti sekarang yang cenderung panas seringkali membuatku kehabisan pilihan baju yang nyaman untuk kukenakan. Aku pun berusaha mengulik informasi bagaimana cara untuk mendapatkannya.
*) “Kaosmu koq apik sih ! Tuku ning ndi ?”, tanyaku pada Cak Matt.
**) “Eh aku nggawe dhewe lho ! Awakmu gelem ta ?”, jawabnya padaku.
Dari percakapan tersebut akhirnya aku tahu bahwa kaos unik yang dikenakan oleh Cak Matt adalah hasil karya sendiri dari usaha clothing yang dirintisnya. Kemudian bergulirlah cerita dibalik brand Cakmattheus Clothing (CM) yang sedang dikembangkannya saat ini. Pada dasarnya CM dibentuk sebagai penyedia kaos premium bagi kawula muda yang ingin tampil trendy dengan desain yang dapat dipersonalisasi sesuai permintaan.
Pelanggan CM dapat memilih desain kaos yang tersedia atau datang dengan desain yang sama sekali baru dan CM akan dengan senang hati mewujudkannya. CM hadir dalam material yang nyaman sehingga cocok dikenakan di segala aktivitas dan suasana. Dengan berbahan dasar katun premium, kaos produksi CM sangat nyaman digunakan di negara tropis seperti Indonesia.
Namun sebagai seorang entrepreneur, Cak Matt sadar bahwa CM harus memiliki suatu ciri khas untuk bisa tampil lebih dari para pesaing. Berangkat dari keprihatinan akan populernya budaya Kpop saat ini, Cak Matt tak ingin budaya bangsa sendiri terlupakan oleh generasi muda Indonesia.
CM kemudian meluncurkan seri Kaos Aksara Jawa sebagai salah satu produk unggulan yang mengusung budaya bangsa. Kaos Aksara Jawa tersedia dalam berbagai pilihan desain dan warna yang unik dan menarik. Tak sampai disitu, jika pilihan desain yang disediakan ternyata belum ada yang berkenan di hati maka Cak Matt akan selalu siap sedia mengeksekusi desain sesuai keinginanmu hingga tuntas.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Di mana engkau berada, selalu ingat jati diri budaya bangsa.
Begitulah bunyi sebuah pantun yang kutemukan di laman instagram milik @cakmattheusclothing. Pertemuanku dengan Cak Matt memang hanya sebuah pertemuan singkat, namun bagiku sungguh mengesankan. Rasanya sangat menyenangkan ketika kita berbagi cerita dengan sesosok pribadi yang optimis dan penuh semangat seperti Cak Matt. Aku yakin Cak Matt akan terus berinovasi mengembangkan bisnisnya. Pun kuyakin dia tak akan kalah dengan Bu Tejo dalam menemukan solusi untuk terus melestarikan budaya bangsa Indonesia tercinta.
Jadi tunggu apalagi ?
Segera raih gawaimu dan ambil posisi paling nyaman untuk rebahan. Lanjutkan dengan menekan ikon instagram dan meluncurlah ke @cakmattheusclothing untuk sensasi belanja penuh pilihan. Masukkan pesananmu lalu ambil cemilan sembari menunggu kaos idaman diantar oleh seorang kurir yang rupawan !
Note : *) Kaosmu koq bagus sih ! Beli di mana ? **) Eh aku buat sendiri lho ! Kamu mau kah ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H