Mohon tunggu...
Donna Borntri Juli
Donna Borntri Juli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, perkenalkan saya Donna Borntri J. Sihotang yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas HKBP Nommensen Medan Prodi Teknologi Hasil Pertanian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akulturasi Budaya Pandalungan

17 November 2022   22:24 Diperbarui: 17 November 2022   22:47 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya merupakan tanda maupun simbol yang secara historis menggambarkan keberagaman etnis yang dimiliki Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yakni Jember merupakan kota tampat berkembangnya akulturasi budaya sehingga mencipatkan serta menumbuhkan beragam budaya. 

Tumbuh dan berkembangnya salah satu budaya di Kota Jember ialah daya tarik kota tersebut. Pada Kota Jember terdapat dua budaya yakni Jawa dan Madura yang saling hidup berdampingan di Jember, sehingga tercipatalah budaya baru yang disebut Pandalungan. Jember dikenal sebagai kota Pandalungan.

Menurut Cahyono et al., (2021), bahwa pandalungan merupakan budaya hasil proses akulturasi dari budaya Jawa dan Madura dimana sebagai masyarakat berbudaya baru yang terbentuk dari percampuran dua budaya dominan yakni Jawa dan Madura, sehingga bahasa, adat-istiadat, dan keseniannya pun berbeda karena merupakan gabungan dari dua budaya. 

Hasil dari proses pencampuran dua etnis budaya tersebut atau disebut pandalungan, masih terus berproses memberikan ciri khas baru yang menggambarkan keberagaman dari kedua budaya, meskipun ciri yang diberikan tidak terlepas dari budaya awal itu sendiri yakni Jawa dan Madura.

Berdasarkan fenomena tersebut, terdapat beberapa akulturasi yang terbentuk baik dari segi tarian, bahasa Jemberan, makanan, dan seni musik Jemberan seperti musik patrol. Selain itum terdapat pula nilai-nilai yang terbentuk seperti nilai inklusifitas, nilai mendahulukan dialog, dan nilai menghargai perbedaan. Nilai inklusifitas yakni nilai yang menghasruskan kita belajar dan menerima adanya perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Pada nilai ini, masyarakat diharapkan mampu untuk menjaga kepercayaan (mutual trust), saling memahami (mutual understanding), dan menghargai. Dalam kebudayaan Pandalungan di Jember, tiga komponen tersebut dapat ditemukan dalam pertunjukkan kesenian dan bahasa yang digunakan oleh  masyarakat. 

Nilai mendahulukan dialog merupakan komunikasi antar personal yang meminimalisir terjadinya miss communication dalam masyarakat, dimana melalui nilai ini terdapat bahasa Jemberan yang tercipta sehingga mempermudah kegiatan komunikasi antara orang Madura dan Jawa. 

Nilai mengharagai perbedaan merupakan menghargai kehidupan masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda dan memberikan sikap sosial yang positif. Nilai-nilai tersebut merupakan salah satu hal yang dapat dipahami serta diambil dari terciptakan budaya pandalungan tersebut. 

Masyarakat Pandalungan akan tetap menumbuhkan dan mengembangkan budaya tersebut  karena Jember tidak lain adalah dua belahan masyarakat yaitu Jawa dan Madura.

Referensi :

Cahyono, H. B., Kurniawan, R. A., & Darwin, N. (2021). Akulturasi Budaya Pandalungan Dalam Pandangan Remaja Milenial Jember. MEDIAKOM, 5(1), 85-94.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun