Mohon tunggu...
Donkollâ„¢ Haeruddin
Donkollâ„¢ Haeruddin Mohon Tunggu... -

Tukang angon onta wkwkwkwkkwkwkwk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melihat Hukuman Penggal

14 September 2010   07:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:15 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau mengkritik hukum penggal yang sering dilaksanakan di saudi arabia ini.Saya percaya pada pribahasa yang mengatakan dimana langit dijunjung,disitu bumi dipijak.

Yang akan saya ceritakan adalah pengalaman pertama ketika melihat hukuman pemenggalan itu dilaksanakan.Tempat kerja saya cuma berjarak 200 meter dari tempat lapangan yang dilaksanakan untuk hukum pancung itu.Jadi saya tau kapan akan diadakan hukuman pancung.Biasanya,pada hari akan diadakannya hukuman itu,satuan polisi akan mensterilkan lapangan pancung itu sejak pagi hari.

Entah kenapa pagi itu sangat penasaran untuk menyaksikan sendiri hukuman pancung itu.Selama ini,walaupun lapangan pancung itu dekat dengan tempat kerja,tapi saya berusaha menahan diri untuk tak menyaksikannya.Tapi pagi itu keberanian saya muncul karena rasa penasaran.

Maka,tepat ketika raungan serine menguak di kesepian,saya berlari ke lapangan itu.Disana,ratusan orang telah berjejalan untuk menyaksikan hukuman penggal itu.Pada hari itu,ternyata ada 8 orang yang akan dipenggal.Kebanyakan dari mereka adalah warga Pakistan yang tertangkap basah membawa narkoba.Tak ada ampunan untuk pembawa narkoba dinegri ini,semua pasti berakhir ditiang gantungan.

Setelah berbicara ini itu dispeaker,maka acara pemenggalanpun dimulai.Seorang algojo yang tinggi besar datang dengan membawa pedang yang berkilat.Kengerian itu sudah dimulai bahkan sebelum pedang itu menebas leher leher terdakwa.Para terdakwa itu dijajarkan dilapangan.Saya yakin sekali,kalau kita mengoyak isi hati sang algojo,pasti hati itu terbuat dari batu karang.Tanpa ekspresi,dia menghujamkan pedangnya dengan sekali tebas ke leher para terdakwa.

Sungguh sebuah peristiwa yang tak ingin saya saksikan lagi seumur hidup saya.Darah darah segar muncrat keatas laksana air mancur mini dan mengalir kelantai.Mata saya berkunang kunang dan nyaris pingsan.Ironisnya disekeliling saya ada begitu banyak orang yang bertepuk tangan.

Saya pulang ketempat kerja dan menahan diri untuk tidak pingsan dijalanan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun