Mohon tunggu...
Doni Prayoga
Doni Prayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Bukan penulis, tapi sesekali nulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memandang Wajah Ideologi Negara Ibu Pertiwi

8 Juni 2018   05:32 Diperbarui: 8 Juni 2018   06:06 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meredupnya eksistensi nilai yang terkandung dalam Pancasila juga dipengaruhi oleh tindakan yang tidak mengindahkan sila keempat. Sila yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" ini adalah sila yang bunyinya paling panjang di antara sila yang lain. Dalam sila ini, menekankan bahwa kedaulatan negara berada di tangan rakyat, pemimpin rakyat haruslah bijaksana, musyawarah mufakat dilakukan dengan permusyawaratan wakil. 

Namun harapan tidak seindah kenyataan, masih banyak kasus yang berbanding terbalik dengan nilai yang terkandung dalam sila ini. Seperti contoh diberitakannya wakil rakyat yang tidak datang saat rapat dan tidur saat rapat, ini menandakan bahwa adanya sikap tidak bertanggungjawab oleh wakil rakyat, karena setiap rapat pasti membahas tentang kepentingan rakyat-rakyat yang telah mempercayainya untuk mewakili suara mereka.

Sila terakhir, yaitu sila kelima, masih juga dibayangi pada meredupnya eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Sila kelima berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Dilihat dari bunyi nya, bisa ditarik kesimpulan bahwa sila ini mengandung makna agar semua masyarakat di Indonesia bisa hidup dengan adil. 

Namun kenyataannya tidak begitu. Ini bisa dibuktikan dengan ditelantarkannya veteran-veteran yang masih hidup. Seperti berita yang mencuat pada tahun 2017 silam, dimana Sumo Prawiro, seorang veteran asal Lampung, mengaku tidak mendapatkan hak nya selama 25 tahun. Padahal hal ini sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia, dimana seharusnya negara berkewajiban memberikan tunjangan kepada veteran.

Dengan banyaknya peristiwa dan kasus-kasus yang terjadi pada Negara Indonesia, ini membuktikan boboroknya eksistensi Pancasila sebagai dasar atau ideologi dari negara ini. Pancasila yang memiliki banyak nilai luhur didalamnya, seharusnya bisa menjadi pedoman bagi seluruh masyarakat, tak terkecuali oknum pemerintah, untuk berkehidupan sosial dalam pengembangan negara. Perlu adanya penegasan dalam penanaman dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi generasi muda. 

Karena generasi muda yang akan menggantikan posisi orang-orang dewasa saat ini, maka perlu ditanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sejak dini dan membiasakan diri dalam mengamalkannya untuk membentuk karakter diri yang berbudi pekerti luhur. Seperti yang pernah dikatakan oleh Soekarno, "Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya sendiri". Maka memperkecil terjadinya penyimpangan dalam pengamalan nilai dapat membantu mengembalikan eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara Ibu Pertiwi ini.

Oleh: Doni Prayoga (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, UMRAH) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun