Belakangan ini dunia sepakbola Indonesia sedang hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia. Hampir semua pecinta Sepak Bola tanah air makin seru dalam membahas dinamika perkembangan Sepak Bola Indonesia. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab masyarakat kerap kali disuguhkan dengan berbagai turnamen yang diikuti Timnas Indonesia. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana ketika Timnas Indonesia yang diwakili oleh Timnas Garuda U-20 tampil dalam perhelatan Piala Asia U-20 tahun ini yang digelar di Uzbekistan. Belum lagi kita sama-sama menyaksikan bagaimana persiapan Timnas Garuda U-20 yang akan tampil dalam Piala Dunia U-20 dan berlangsung di Tanah air dengan status tuan rumah. Lalu Timnas Garuda Senior juga tidak ketinggalan, dalam menyambut Fifa matchday mereka menerima lawatan dari Burundi di kota Bekasi pada malam ini, 25 Maret 2023. Namun kiranya dengan alasan apapun itu, punggawa Timnas Indonesia tidak boleh untuk menundukkan kepala dan diharapkan untuk selalu optimis. Kita adalah negara yang beruntung dengan Fanatisme suporter yang tak pernah surut dalam mendukung Timnas Garuda berbagai kelompok umur maupun senior. Harusnya pemain lebih termotivasi dengan berbagai kritik dan semangat yang tidak henti mengalir dari berbagai lini di penjuru negeri. Kemudian muncul pertanyaan yang menarik, apakah fanatisme suporter Timnas Indonesia ini akan memiliki dampak yang buruk atau justru memiliki dampak yang baik?Â
Untuk menjawab hal tersebut, unik rasanya bila kita akan coba menganalisisnya dengan sebuah pendekatan bernama Epistemologi. Secara istilah Epistemologi adalah cabang kajian Filsafat yang membahas tentang ciri dan ranah pengetahuan. Lebih lanjut, Epistemologi yang akan digunakan adalah Epistemologi Sosial. Suatu bidang kajian filosofis terhadap pengetahuan sebagai data sosiologis dan asumsi utamanya adalah Sebagian besar pengetahuan kita merupakan hasil interaksi sosial dengan orang lain.Â
Interaksi sosial inilah yang akan dibahas dalam pembahasan utama mengenai fanatisme suporter Timnas Indonesia. Ada dua jenis Epistemologi sosial yang akan dibahas pada tulisan ini: Pertama, otoritarianisme. Secara definisi otoritarianisme berarti pengetahuan yang bergantung kepada otoritas yang dipandang memiliki kebenaran seperti negara, agama, atau bahkan sejarah. Dalam kasus perjalanan Timnas Indonesia kita bisa menemukan suatu pengetahuan bahwa Indonesia kesulitan masuk ke Piala Dunia. Umumnya masyarakat Indonesia bersandar kepada sejarah untuk memvalidasi kebenaran pengetahuan tersebut. Tetapi ada pula pendapat suporter yang mengatakan bahwa pengetahuan tersebut bersandar kepada suatu kebenaran dari ketidakcakapan negara, yakni pemerintah yang selama ini masih dianggap kurang memfasilitasi kemajuan sepak bola Indonesia dengan bukti bahwaa urusan naturalisasi yang rumit dan tidak adanya training centre bagi Timnas Indonesia. Dari situ kita bisa melihat bahwa fanatisme Indonesia tidak hanya ditunjukkan di lapangan saja, lebih dari itu mereka gencar menyuarakan kritik terhadap negara atau federasi yang dianggap kurang serius mengelola sepak bola. Ini adalah wujud nyata dari cinta para suporter terhadap Timnasnya. Kedua, common sense. Secara definisi common sense berarti pengetahuan sederhana yang dipahami oleh masyarakat umum. Kebanyakan orang dapat menguasai common sense dengan menggunakan akal sehatnya, tanpa teori-teori pengetahuan yang rumit. Bahkan common sense ini bisa diketahui dengan sendirinya oleh seseorang seiring pengalaman hidupnya. Tentu secara tidak sadar suporter Timnas Indonesia sejatinya sudah akrab menggunakan teori pengetahuan ini. Contoh Ketika menyaksikan permainan Timnas Indonesia yang kerap kali bermain dengan strategi umpan jauh, para suporter tidak jarang bereaksi dengan mengkritiknya saat itu juga. Hal itu bukan tanpa alasan sebab seiring pengalamannya menyaksikan timnas berlaga, permainan seperti itu jarang menghasilkan gol dan tidak atraktif bagi penonton. Selain itu contoh common sense bagi suporter timnas yang menyaksikan di layar kaca adalah ketika seseorang tidak bisa menonton pertandingan dengan televisi di rumahnya, maka secara akal sehat ia akan langsung menunjukkan fanatismenya dengan pergi nobar atau streaming menggunakan smartphone.Â
Fanatisme suporter Timnas Indonesia memang bukan sekedar opini belaka, sebuah data dari penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport mengatakan bahwa 77 persen penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada sepak bola. Jumlah tersebut tentunya akan bertambah apabila Indonesia sedang berlaga dalam sebuah kompetisi, dimana seseorang yang tidak menyukai sepak bola pun akan tetap memberikan gairah dalam meramaikan atmosfer sepak bola tanah air. Ini merupakan indikasi bahwa fanatisme suporter timnas Indonesia lahir karena kecintaannya pada negara Indonesia.
Hal tersebut juga merupakan bahwa fanatisme tidak melulu menghasilkan hal yang berdampak negatif, bahkan fanatisme suporter Indonesia ini bisa dibilang merupakan salah cara pengaplikasian hidup dalam moderasi beragama. Para suporter menunjukkan sikap keagamaannya dengan memilih jalan menjadi suporter Timnas Indonesia, dimana jalan ini tidak termasuk kepada sikap ekstrimis dalam beragama dan tidak liberal pula. Dua sebab itulah yang bisa kita simpulkan bahwa hal tersebut adalah salah satu sikap moderat dalam beragama. Apalagi hal itu didukung dalam agama Islam yaitu Hubbul wathan minal iman yang berarti Cinta tanah air adalah Sebagian dari iman.Â
Pada akhirnya kita bisa melihat bahwa sikap fanatisme suporter Timnas Indonesia bisa berdampak baik apabila sikap fanatik itu dapat dikontrol oleh diri. Fanatik juga tidak selalu diartikan kepada suporter yang datang langsung ke stadion untuk menyaksikan Timnas Garuda berlaga, masyarakat yang menyaksikan lewat layar kaca tapi mampu menjiwai juga termasuk ke dalam fanatik dan itu adalah hal baik. Apalagi dalam konteks negara, efek negatif dari fanatisme ini lebih sedikit dibanding efek positifnya. Bagaimanapun sikap fanatisme suporter Timnas Indonesia ini tidak dilarang agama dan seperti sudah dijelaskan tadi, sikap fanatisme bisa berdampak bagi keberlangsungan hidup yang moderat dalam beragama dengan tujuan mencintai negaranya, dan itu merupakan Sebagian daripada iman. Oleh karena itu rasanya adalah hal wajar bila seorang warga negara cinta kepada negaranya dan mungkin kita bisa berhenti menjustifikasi bahwa fanatisme yang ditunjukkan suporter Timnas Indonesia adalah berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H