Kalau jandanya Moamar Khadaffi, pemimpin Lybia yang tewas ditangan pasukan NTC tidak perlu dipikirkan kelangsungan ekonomi untuk hidupnya. Sebab, kabarnya mendiang suaminya itu meninggalkan asset senilai USD 200 milyar yang disimpan diberbagai negara. Cipratannya saja tidak habis dimakan tujuh turunan, tapi jangan sampai turunan ke delapan, tidak kebagian lagi.  Sebutan janda memang tidak mengenakkan bagi sipenyandangnya yang tentunya wanita, tapi sebaliknya terdengar merdu ditelinga lelaki hidung belang. Sebut saja Ayuni, mungkin sudah suratan nasibnya, untung tak dapat diraih, Tuhan menentukan lain dari harapan Ayuni, suaminya yang baru beberapa bulan menikahinya itu harus kembali kepangkuan sang pencipta.
Namun nasib buruk belum tentu untuk selamanya, seorang lelaki setengah umur, mungkin lebih tepatnya disebut tiga perempat umur  sangat prihatin dengan nasib Ayuni. Raden Mas Aries Bowo, begitu dia memperkenalkan namanya kepada siapapun. Dan wajahnya akan berubah menunjukkan rasa tidak senang kalau namanya tidak dissebut dengan lengkap, Raden Mas Aries Bowo, tidak boleh dipenggal, itu adalah aturan untuk menyebutkan namnya. Dan umumnya semua orang akan mengikuti keingannya, maklum saja dia banyak uangnya. Hanya orang yang banyak uang yang boleh suaranya keras, begitulah pendapatnya sebab memang sudah hukum alam, orang yang tidak punya uang biasanya suaranya tidak terdengar dan tidak didengar. Buktinya ?.  Rakyat yang melakukan demo, karena tidak punya uang maka memakai loadspeaker agar suaranya terdengar. Begitulah teori suara menurut Raden Mas Aries Bowo.
Menurut Raden Mas Aries Bowo, menyantuni janda dan anak yatim adalah wajib hukumnya. Saatnya melaksanakan kewajiban itu, kilah pak Raden ini untuk niatnya menyantuni Ayuni, janda montok dan mulus yang masih berduka ditinggal pergi suaminya untuk selama2nya itu.
" Sebagai orang yang taat menjalankan keyakinan saya, saya wajib menyantuni janda yang sedang dirundung kesedihan .... sekedar untuk meringankan beban setelah ditinggal suamimu ... " Kata Raden Mas Aries Bowo sambil menyodorkan amplop kepada Ayuni. Walaupun agak ragu menerima pemberian pak Raden, tetapi karena kepepet butuh uang akhirnya uang itu diterima juga oleh Ayuni.
Beberapa hari kemudian, Raden Mas Aries Bowo mnyambangi Ayuni lagi, seperti sebelumnya, dia katakan kedatangannya adalah untuk melaksanakan kewajiban menyantuni janda. Kalau sebelumnya, santunan itu untuk meringankan beban ditinggal suaminya, kali ini santunan dimaksudkan untuk meringankan beban ekonomi setelah kehilangan pencari nafkah. Begitulah seterusnya, secara rutin Raden Mas Aries Bowo memberikan berbagai santunan kepada Ayuni yang diterima dengan senang hati hingga suatu hari Raden Mas Aries Bowo menyatakan adalah kewajiban untuk memberikan santunan pangan kepada janda. Dengan segala kebaikan yang sudah diterimanya itu, Ayuni tak kuasa menolak cara Raden Mas Aries Bowo merealisasikan santunan pangan yang akan diberikannya.
"Dik .... inilah cara saya memberikan santunan pangan secara langsung, semacam BLT lah, harus diterima secara langsung .... " Kilah Raden Mas Aries Bowo dihadapan Ayuni yang duduk bersama dimeja sebuah restoran yang ternama. Ayuni hanya manggut2 mendengar alasan Raden Mas.
Sedang asyiknya mereka menikmati "santunan pangan" pak Raden, seorang wanita tua masuk kedalam restoran itu, matanya melotot kepada Ayuni.
" Siapa wanita ini Pak ...? " Tanya wanita tua itu menahan geram.
" Sabar bu ... duduklah ..." Kata Pak Raden Mas Aries , dia bangkit dari duduknya untuk menenangkan wanita tua itu.
" Bapak sedang melaksanakan kewajiban menyantuni ......... " Kata Pak Raden beralasan, ucapannya langsung dipotong oleh wanita itu.
" Menyantuni ...menyantuni ... Bapak selingkuh lagi ... ! " Kata wanita itu yang ternyata istri Raden Mas Aries Bowo dan benjutlah jidat Pak Raden digetok sendal istrinya.