Mohon tunggu...
Doni Irawan
Doni Irawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah media untuk memetakan pikiran

Kadang-kadang bicara, kadang-kadang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Naik Kendaraan Umum, Kenapa Tidak?

16 September 2019   12:35 Diperbarui: 17 September 2019   05:01 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transportasi umum di Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan.

Dengan tingginya angka kemacetan kota-kota besar di Indonesia pemerintah dengan giat memperbaiki layanan transportasi umum dengan harapan dapat menurunkan angka kemacetan dan tidak lain juga peningkatan pelayanan publik kepada rakyat. 

Mulai dengan menyediakan transportasi Bus Trans di berbagai kota dan daerah, hingga munculnya inovasi transportasi baru seperti MRT dan LRT di beberapa kota besar yang memiliki angka kemacetan yang cukup tinggi di Indonesia seperti Jakarta.

Selain mengurangi angka kemacetan, disadari atau tidak dengan naik kendaraan umum kita juga turut berkontribusi dalam memutarkan laju roda perekonomian. 

Selain itu kita juga menjadi mediator Tuhan untuk membagikan rezeki atau bersedekah kepada banyak orang. Ketika kita dari wilayah A hendak bepergian ke wilayah E. 

Dari satu titik menuju ke titik lain kita sudah menyumbangkan sebagian harta kepada masing-masing sopir kendaraan yang kita tumpangi.

Berkaca pada negara-negara maju di dunia dengan peminat transportasi umum yang tinggi seperti Jepang, Jerman, Sanghai, London, Korea, dan negara-negara maju lainnya yang patut dicontoh dalam pemanfaatan kendaraan umum di negaranya. 

Naik kendaraan umum tidak selalu dihadapkan dengan rasa bosan, lama,  tidak efektif dan efisien, dan desak-desakan. Itu semua tergantung mindset atau prespektif kita menyikapi hal itu. 

Dari rasa lama yang memicu timbulnya amarah bisa dijadikan sebagai media untuk belajar bersabar, dengan rasa bosan kita alihkan untuk menenangkan pikiran, membaca buku, menulis, atau melakukan hal hal yang produktif.

Sederhananya 5 hal ini yang kita dapat dengan naik kendaraan umum.

1. Learning (Belajar) 

Pict source from dissolve.com
Pict source from dissolve.com
Banyaknya waktu luang bisa dimanfaatkan untuk belajar dengan membaca, melakukan hobi ringan, mendengarkan musik, menonton video, ngobrol dengan orang baru (mengasah kecakapan dalam berkomunikasi) Remember, there is no shortcut in learning (Tidak ada pintasan untuk belajar)

2. Time management (manajemen waktu)

Ketika hendak melakukan mobilisasi dengan kendaraan umum yang notabennya terjadwal atau kadang pada jam-jam tertentu, kemampuan manajerial atau manajemen waktu kita terasah. So, nggak ada lagi deh yang namanya "tidak efektif dan efisien"

3. Discipline (Disiplin) 

Ketika kemampuan manajemen waktu yang sudah terbiasa terlatih maka perlahan tapi pasti sikap disiplin akan tercermin dihidupmu.

4. Melatih empati

Pict taken from kompas.com
Pict taken from kompas.com
Perjalanan menyajikan berbagai fenomena-fenomena sosial yang tidak sedikit melatih emosional kita untuk berempati dengan orang lain.

5. Kaya akan pengalaman

Di perjalanan banyak kejadian-kejadian yang sinematik layaknya sebuah film namun kita mengalaminya secara langsung. Dengan begitu kita menjadi pribadi yang lebih kaya dan peka.

"A Developed country is not a place where the poor have a cars, it's when the rich ride public transportation."

Negara maju bukan tempatnya di mana yang miskin punya mobil, tetapi tempat di mana orang-orang kaya memakai transportasi umum. - Enrique Pealosa, Walikota Bogota, Kolombia (Periode 1998-2001)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun