Gambaran secara awamnya begini: Anda tak bakal merasa miris melihat kondisinya. Siapa pun yang pernah berkunjung ke lapangan Handil, kemudian berkunjung ke kilang di kota minyak pasti akan membatin "Kok, beda ya dengan yang di Handil?".
Apakah kementerian terkait sangat pelit untuk menganggarkan dana pemeliharaan kilang bagi Pertamina?
Pernah saya dengar dari salah seorang pimpinan operator asing yang dulu mengelola Blok Mahakam, untuk urusan pemeliharaan dan keselamatan, mereka tidak main-main. Bagaimana dengan kita? Apa tega membiarkan Pertamina beroperasi dengan anggaran seadanya? Padahal, jika mau, Pertamina bisa bekerja dengan peralatan yang lebih canggih, sehingga operasional lebih efisien.
Sungguh disayangkan, jika kompetensi pekerja migas dalam negeri tidak ditunjang dengan peralatan kerja berkualitas wahid. Tapi lagi-lagi saya mencoba berpikir positif, dengan peralatan tua saja Pertamina tetap dapat mencetak laba, bahkan menunaikan tugasnya menjalankan Domestic Market Obligation dengan baik. Kurang beken apa pekerja migas kita? Jika perusahaan asing bisa membangun fasilitas migas demikian baik, mengapa kita tidak?
Kecuali, anggaran untuk semua itu memang bermasalah. Mungkin saja, kan? Bukankah tak ada tempat yang mustahil bagi maling-maling brengsek untuk menguras kekayaan negeri ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H