"Menurut FIFA, mereka mendengar pembentukan task force yang sebenarnya tak perlu. Â FIFA mengingatkan kepada PSSI bahwa pembentukan task force bisa dianggap sebagai bentuk intervensi pemerintah yang sangat ditabukan FIFA."
Kalimat di atas saya kutip dari situs resmi PSSI.
Jujur saja, saya salut dengan kegigihan PSSI yang mengirim delegasinya ke Jepang untuk menjelaskan langsung permasalahan sepakbola Indonesia kepada FIFA. Delegasi ini juga bertujuan menjadi yang paling depan mengabarkan kepada perkembangan rapat Exco FIFA. Terbukti, berita pertama seputar rapat Exco adalah tentang bertemunya delegasi ini dengan Presiden FIFA Sepp Blatter.
Saya kutip dari KOMPAS
"FIFA juga mendengar rencana pembentukan task force yang sebenarnya tak perlu. FIFA mengingatkan pembentukan task force bisa dianggap sebagai bentuk intervensi pemerintah," ujar Halim.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal PSSI Halim Mahfudz dalam pesan layanan singkat kepada Kompas, Kamis siang. Halim menyebutkan, selain Blatter, pejabat FIFA yang ditemui pengurus PSSI adalah Sekjen Jerome Valcke dan Direktur Asosiasi Thierry Regenass.
Tapi ternyata peliput Rapat Exco FIFA bukan hanya delegasi PSSI, ada juga koresponden Tribunnews yang hadir di Jepang. Dalam wawancara khususnya dengan Sepp Blatter, pernyataan bertolak belakang justru muncul dari mulut Presiden FIFA.
T: Pemerintah Indonesia membuat Task Force ada komentar?B: Pemerintah harus segera membantu permasalahan ini di Indonesia dan ini bagus.
T: Apa bukan campur tangan?
B: Tidak, Tidak, jangan dilihat sebagai campur tangan. Saya tak melihat sebagai campur tangan dan ini justru bantuan pemerintah untuk penyelesaian masalah di Indonesia agar bisa cepat dan baik. Satu lagi, jika sanksi diberikan maka otomatis bantuan keuangan dari FIFA juga akan berhenti.
Kenapa pernyataan dari orang yang sama bisa bertolak belakang, berbeda 180 derajat?
Tidak ada penjelasan lagi selain: ada salah satu peliput yang berbohong.