Fase awal ini ditandai dengan munculnya lintasan dalam hati yang sifatnya spontanitas. Ia muncul tiba-tiba saja tanpa bisa dikontrol (ghairu ikhtiyari).
Umpama, dari belakang muncul sosok manusia, kemudian spontan terlintas dalam hatinya bahwa orang yang ada di belakangnya adalah seorang cowok ganteng.
Tahap kedua disebut dengan mail al-thaba'i.
Ini adalah proses kelanjutan dari  tahapan pertama. Pada tahap ini, muncul perasaan senang atas sosok cowok ganteng yang ada di belakanganya. Hatinya bergejolak ingin melihatnya.
Nahh! Tahap pertama dan kedua inilah yang dimaksud oleh hadis di atas, yakni tidak ada sanksi apapun atas gerak-gerik hati manusia. Alasannya, pada tahap ini manusia sering kali tidak memiliki ikhtiar. Semuanya terjadi tanpa bisa dikontrol.
Tahap berikutnya disebut 'itiqad.
Pada proses ini, keinginan untuk memandang sosok cantik di belakangnya sudah mantap. Â Namun kadang kala, keinginan ini bisa saja pupus lantaran ada rasa malu dan semacamnya.
Kalau malunya karena takut diledek sama si cowok, atau takut ketahuan sama istrinya maka ia tetap dosa walau keinginannya udah sirna. Namun jika rasa malu timbul karena takut kepada Allah swt, no problem.
Tahap paling akhir disebut dengan al-hammu, yaitu ada keputusan untuk melakukan apa yang sudah diniati. Jelas, pelakunya akan dihukum kecuali dia gagal melakukan apa yang sudah menjadi komitmen pada tahap ketiga.
Bila dia urung melakukannya karena takut kepada Allah SWT dan menyesali keinginannya maka ia mendapat pahala. Namun bila kegagalan itu disebabkan oleh hal lain selain Allah SWT maka tetap berdosa.
Tahap ketiga dan keempat inilah yang dimaksud oleh surat Al-Baqarah ayat 284 di atas. Gerak hatinya akan menuai apapun yang dilakukannya.