Kemudian, ketika anak kos atau kontrakan tersebut menyelesaikan studinya barang-barang yang mereka beli di tahun pertama tersebut akan menjadi tidak terpakai. Beda cerita kalau ada adik atau saudara yang meneruskan sewa kamar di tempatnya sendiri. Maka barang tersebut tentu dapat digunakan. Namun bagaimana jika tidak digunakan lagi?
Mulai dari sini, muncul tren ‘garage sale’ di kalangan anak kos atau kontrakan. Garage sale sendiri adalah kegiatan menjual barang-barang milik pribadi yang masih layak guna namun tidak terpakai oleh pemiliknya. Biasanya dijual dengan harga murah, jauh dari harga beli si barang tersebut.
Tren garage sale di lingkungan anak kuliahan perantauan yang sudah menyelesaikan studinya cukup sering ditemui. Fenomena itu pula yang menjadi inspirasi dari tulisanku kali ini. Terlebih lagi aku pernah menjadi bagian dari fenomena garage sale tersebut.
Ditambah pada era sekarang kemajuan teknologi informasi yang menghasilkan sebuah media sosial juga berfungsi sebagai media jual beli secara daring (online). Termasuk di dalamnya mahasiswa-mahasiswa perantauan yang dimaksud di atas. Hanya modal foto menggunakan kamera di gawai (gadget) canggihnya, kemudian ia mengunggah di media sosial dan diberi keterangan bahwa barang-barang miliknya di kamar kos atau kontrak tersebut akan dijual.
Apa lagi banyaknya grup dalam media sosial tersebut memudahkan pendistribusian informasi penjualan tersebut diakses. Contohnya grup jual beli di Facebook. Aku pun cukup sering mendapatkan notifikasi dari grup semacam itu yang berisi informasi barang bekas kos atau kontrakan yang dijual.
Meski garage sale untuk kasus seperti ini bukan mata pencaharian utama, setidaknya dengan demikian, si mahasiswa tersebut bisa memperoleh uang dari hasil menjual barang-barang yang tidak lagi ia gunakan. Uangnya sendiri lebih sering untuk modal ia pulang ke rumahnya di tempat asal atau malah dijadikan modal untuk merantau ke tempat yang lain lagi. Namun demikian, alasan yang aku terapkan pada saat menjual barang-barang di kamar kos –setelah aku menyelesaikan studi- adalah karena agar saat pindahan tidak banyak barang yang aku bawa.
Apapun alasannya, fenomena garage sale ini cukup unik untuk diamati. Jika terdapat satu atau dua barang yang ternyata cocok dengan kebutuhan kita, kenapa tidak untuk kita yang membelinya. Hitung-hitung harganya yang murah namun kondisinya masih tergolong bagus.
Kalau Kompasianers, pernah tidak melakukan garage sale ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H