Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialisasikan Display Pet, Komunitas Kalajengking Diundang Talkshow  

8 April 2016   17:05 Diperbarui: 8 April 2016   17:36 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Empat orang anggota KPKI foto bersama Andre Taulany dan Hesty Purwadinata setelah tapping program Pagi-Pagi di Studio NET, hari Selasa (05/04) kemarin. (Foto: Dok. Pribadi)"][/caption]Semangat pagi!Siapa yang masih ingat film Scorpion King? Film yang tokoh utamanya diperankan oleh Dwayne Johnson ini menampilkan salah satu hewan eksotis yang umumnya berwarna hitam, kalajengking. Jenis dan jumlah kalajengking di seluruh dunia sangat banyak. Tipe-tipe kalajengking juga dapat dibedakan berdasarkan habitatnya. Secara umum, tipe-tipe kalajengking yaitu tipe hutan tropis, tipe hutan sub-tropis, tipe semak-semak, dan tipe gurun. Di Indonesia, penyebaran tipe kalajengking berdasarkan habitatnya yaitu tipe semak-semak dan tipe hutan tropis.

Berbicara kalajengking di Indonesia, hewan yang ciri-cirinya memiliki satu pasang capit dan satu buah sengat di ekornya ini ada beberapa jenisnya. Dengan sebutan umum bernama Asian Forest Scorpion (AFS), kalajengking jenis Heterometrus cyaneus dan Heterometrus longimanus menjadi dua primadona yang paling sering dijumpai di Indonesia.

Meski demikian, jenis lain yang memiliki habitat asli Indonesia juga masih banyak. Diantaranya jenis yang mulai langka yaitu Isometrus maculatus. Atau yang paling mudah dijumpai lainnya seperti kalajengking jenis Lychas mucronatus, Liocheles waigiensis, Chaerilus sp. Java / Bengkulu, dan lain-lain. Di Indonesia, jenis-jenis kalajengking itu mudah dijumpai.

Hewan ini ukurannya beragam bergantung jenisnya. Mulai dari seukuran korek api, sampai ada yang sama dengan telapak tangan manusia usia 18-25 tahun. Untuk jenis AFS, dapat tumbuh hampir sebesar telapak tangan orang dewasa. Sementara jenis Lychas mucronatus yang sudah dewasa, ukuran maksimalnya hanya sampai 5-8 cm saja.

Kalajengking juga merupakan hewan yang berbisa. Masing-masing jenis yang beredar di seluruh dunia memiliki tingkat bisa yang beragam. Level bisa hewan ini mulai dari level satu sampai dengan level lima. Efek yang ditimbulkannya pun beragam. Bisa di level satu dapat menyebabkan orang yang tersengat bisa mengalami keram pada bagian yang tersengat. Namun, untuk bisa di level lima, efek terparah adalah kematian.

Sementara itu, jenis yang beredar di Indonesia memiliki bisa yang tergolong rendah sampai menengah. AFS memiliki bisa level 1, sedangkan Lychas mucronatus memiliki bisa level 3. Meski demikian, terhindar dari sengatan kalajengking memang harus menjadi prioritas utama.

Prioritas inilah yang dipegang oleh para penghobi kalajengking. Mereka tergabung dalam Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI). Komunitas ini merupakan wadah untuk bertukar cerita dan pengalaman serta pengetahuan tentang kalajengking.

Para anggota KPKI –termasuk aku- berasal dari seluruh Indonesia. Meski sebagian besar di Pulau Jawa, namun ada juga yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan lain-lain. Meski demikian, anggota semua anggota KPKI tersebut masih dapat berbagi ilmu pengetahuan dan cerita soal kalajengking melalui Facebook Group dengan nama “Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI)”.

Seperti yang diketahui di awal, kalajengking adalah hewan berbisa. Namun demikian, bagi para penghobi kalajengking seperti anggota KPKI, kalajengking adalah hewan peliharaan yang dapat dijadikan “Display Pet”. Ini adalah cara pemeliharaan hewan yang hanya untuk dijadikan pajangan saja, bukan untuk dimainkan atau di ajak berjalan-jalan seperti hewan kucing, atau anjing. Maka dari itu, memegang kalajengking tanpa pengetahuan, alat bantu, atau dengan alat yang lainnya sangat tidak disarankan.

Sebagai display pet, kalajengking dipelihara di dalam wadah bening yang terbuat dari plastik seperti kotak makan bening atau bisa juga berasal dari mika akrilik (gex). Selanjutnya, di berikan alas yang terdiri dari cocopeat (kulit kelapa yang dihancurkan menjadi serbuk), pasir, atau pun campuran dari keduanya. Pemberian alas tersebut bergantung dari tipe kalajengking dan habitatnya. Jika kalajengking yang dipelihara berasal dari daerah hutan tropis, maka alas yang digunakan adalah murni cocopeat. Kemudian jika itu kajalengking tipe gurun, maka alas yang digunakan adalah pasir.

Namun untuk beberapa kolektor yang memiliki niat, waktu, dan lahan yang cukup, kandang (enclosure) yang dimiliki dibuat sedemikian rupa. Biasanya ini disebut dengan istilah terrarium. Secara singkat, terarium adalah miniatur biosfer tempat organisme hidup. Di sini, terarium kalajengking berarti adalah miniatur biosfer tempat kalajengking hidup di tempat aslinya.

Hal itu membuat kandang kalajengking yang menjadi koleksi memiliki tampilan seperti miniatur hutan, miniatur gurun, atau pun miniatur semak belukar. Hal ini selain dapat dijadikan pajangan rumah, juga dapat menjadi bahan penelitian mengenai pola tingkah laku kalajengking. Selain itu juga menjadi pelajaran mengenai ekosistem tempat kalajengking tinggal.

Sebagian besar koleksi yang dimiliki anggota KPKI adalah kalajengking jenis lokal. Namun ada juga kolektor kalajengking impor dengan level bisa yang tinggi atau pun mematikan. Untuk mendapatkan koleksi kalajengking ini, para anggota biasanya melakukan transaksi jual beli, menukar koleksi, atau melakukan pre-order jika ingin memiliki koleksi kalajengking impor.

Sementara itu, dalam rangka memperkenalkan KPKI kepada seluruh masyarakat Indonesia, beberapa kegiatan cukup sering dilakukan oleh KPKI. Namun yang paling yang sering adalah dengan melakukan diskusi mengenai cara perawatan, susunan kandang, karakter kalajengking dan lain-lain melalui grup di Facebook. Selain itu, pada waktu tertentu kegiatan seperti gathering juga dilakukan. Sampai pada undangan untuk mengisi acara talk show di statiun televisi juga cukup sering dilakukan oleh KPKI.

[caption caption="Suasana tapping Pagi-Pagi bersama Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI), hari Selasa (05/04) kemarin. (Foto: Donie Hulalata)"]

[/caption]Selain itu, tujuan dari komunitas ini utamanya adalah memberikan edukasi kepada orang-orang khususnya di Indonesia untuk tidak panik atau takut jika menemukan kalajengking. Pada musim atau daerah tertentu, biasanya  kalajengking muncul tanpa diduga-duga. Jika menemui situasi ini, hal yang harus dilakukan adalah untuk tidak panik dan ketakutan. Cukup dibuang dengan menggunakan tongkat, atau sapu ke tempat yang jauh dari rumah. Atau bisa juga dipelihara untuk dijadikan pajangan atau pun untuk dipelajari.

[caption caption="Sedang memberikan edukasi mengenai kalajengking saat rehat tapping di studio NET, hari Selasa (05/04) kemarin. (Foto: Dimas)"]

[/caption]Bagaimana, kompasianers tertarik untuk mengenal lebih dekat kalajengking beserta komunitasnya? Langsung saja klik tautan berikut ini Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI).

(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun