Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Bisnis Startup Digital Tetangga Lebih Hijau  

23 Maret 2016   14:32 Diperbarui: 23 Maret 2016   15:01 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam skema berikut, ilustrasi sederhana proses pemesanan yang terjadi dengan cara biasa (konvensional) dan dengan cara daring:

Konvensional

Konsumen > Menelepon layanan konsumen taksi untuk melakukan pemesanan >> Layanan konsumen mencari pengemudi yang terdekat dengan lokasi >>> Konsumen Menunggu kedatangan Taksi >>>> Naik taksi >>>>> Menyebutkan tujuan >>>>>> Sampai di tujuan dan membayar sesuai angka di argometer.

Daring (Online)

Konsumen > Mengakses aplikasi pemesanan taksi untuk menentukan titik penjemputan dan tujuan, serta melakukan pemesanan >> Mendapat informasi kalkulasi jarak, estimasi tarif, identitas pengemudi taksi yang menerima pesanan >>> Konsumen menunggu kedatangan Taksi >>>> Naik taksi >>>>> Sampai di tujuan dan membayar sesuai angka di argometer.

Dari skema yang tergambar di atas, konsumen langsung berhubungan dengan pengemudi taksi. Selain itu, informasi terkait jarak termpuh, estimasi biaya dan identitas pengemudi juga muncul dalam aplikasi tersebut. Ini adalah keunggulan taksi berbasis aplikasi, atau pun dapat disebutkan keunggulan menggunakan taksi berbasis daring.

Namun, perlu diketauhi dan diingat juga, bahwa meskipun aplikasi ini berdiri dengan brand masing-masing, tapi sistem mereka menghubungkan konsumen dengan pengemudi taksi yang notabenenya adalah pengemudi taksi yang juga sudah memiliki brand.

Ilustrasinya seperti ini:

[Konsumen] << == Uber/Grab == >> [Pengemudi Taksi; Blue Bird, Express, dll]

Konsep inilah, yang membuat aplikasi penyedia jasa transportasi seperti Uber dan Grab mendapat sebutan Taksi Berbasis Daring. Padahal si pengemudi taksi tetap membawa mobil dan identitas lainnya sebagai pengemudi taksi Blue Bird atau Express Taksi, dan lain-lain.

Disamping itu, aplikasi Uber dan Grab ini juga menyediakan akses bagi mobil yang biasa dijadikan kendaraan pribadi untuk menjadi mobil penumpang juga. Ini masuk jenis fitur layanan yang disediakan ketika kita menggunakan aplikasi tersebut. Sebagai inovasi dari bentuk model bisnis transportasi di Indonesia, ini cukup baru dan memang belum diatur oleh undang-undang. Maka dari itu, inilah poin yang perlu mendapat kritik dari sebuah konsep taksi berbasis aplikasi.

Respon Pasar terhadap Penggunaan Aplikasi Taksi Daring

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun