Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kandidat yang Dibutuhkan Kompas Grup?

27 Februari 2016   07:18 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 3415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semangat Pagi! Meskipun tulisan ini dibuat menjelang tengah malam, namun semangat tetap harus pagi-pagi. Kenapa? Karena di pagi hari kita selalu merasa optimis seiring sinar matahari yang terus memanas di tiap jengkalnya menyinari bumi. Seperti itulah semangat yang direfleksikan ke dalam dua buah kata “Semangat Pagi”.

Maka dari itu, tulisan ini lahir karena semangat yang memanas ketika aku ingin berbagi sebuah cerita. Cerita ini adalah pengalaman mengikuti proses seleksi di Gramedia Group of Retail and Publishing (GORP). Pada bulan Desember 2015 lalu aku memulai pengalaman hebat mengikuti seleksi karyawan di salah satu perusahaan di bidang ritel dan peneritan yang tergabung dalam Kompas Grup ini.

Bagaimana tidak hebat, karena Brand Image Gramedia sudah begitu melekat di segmen yang luas. Contohnya ketika seorang dosen menyarankan mahasiswa untuk membeli buku referensi kuliah, sang dosen tersebut mengatakan “buku ini bisa kamu beli di Gramedia dengan harga yang relatif terjangkau”.

Berdasarkan contoh tersebut, ketika mengikuti seleksi karyawan di Gramedia, aku merasa tertantang untuk menjadi bagian dari perushaan yang sudah menjadi Top of Mind Branded ini. Maka dari itu, melihat deskripsi kerja yang dituliskan di pengumuman, serta menimbang pengalaman dan latar belakang yang aku miliki, aku merasakan ada kecocokan. Sehingga aku memutuskan untuk  mengajukan lamaran menjadi “Social Media Officer” di Gramedia.

Sebagai seorang job hunter saat itu, aku hanya berharap yang terbaik. Paling tidak aku sudah berdoa, kemudian berusaha dengan maksimal, lalu aku ikhlaskan dan aku berserah diri kepada Allah SWT., akan hasil yang akan diberikan-Nya kepadaku. Konsep ini dalam kamus populerku dikenal dengan istilah “DUIT” yang berarti Doa, Usaha, Ikhlas, dan Tawakal (berserah diri).

Bulan November 2015 aku mengirimkan surel kepada seorang HRD (Human Resources Department) Gramedia GORP, ternyata dua minggu setelahnya –di bulan Desember 2015-, aku mendapatkan panggilan untuk mengikuti seleksi di Gramedia tersebut.  Pada tahap awal aku diwawancara oleh seorang HRD di situ. Seperti wawancara kerja pada umumnya, bercerita tentang personal character, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja yang dimiliki serta pengetahuan mengenai perusahaan dan lingkungan kerja nantinya. Aku pun menjawabnya dengan yakin dan optimis, seperti dua buah kata “Semangat Pagi” tadi.

Setelah itu, aku mengetahui bahwa proses seleksi di Gramedia (atau pun di Kompas Grup) terdiri dari seleksi berkas, psikotes, wawancara HRD, wawancara user, penawaran gaji, dan tes kesehatan. Ketika ini semua dilalui, maka seorang kandidat karyawan akan menandatangani kontrak kerja di Gramedia. Dengan mengucap syukur, aku diberi kesempatan untuk mengikuti semua tahapan itu dengan baik. Betul saja, aku sudah sampai di tahap tes kesehatan pada bulan Januari 2016 kemarin.

Hasilnya? Aku gagal di tahap tes kesehatan.

Namun demikian aku sudah menyiapkan kondisi terburuk dari setiap proses yang aku ikuti, khususnya proses seleksi karyawan di Gramedia ini. Aku sejenak melakukan introspeksi diri. Menelaah bagian mana yang membuatku gagal di tahap ini. Berdasarkan pengamatanku sendiri, aku sudah berusaha untuk tenang sebelum mengikuti tes kesehatan ini. Aku merasa cukup tidur, tidak mengonsumsi obat dan minuman beralkohol. Intinya aku merasa baik-baik saja pada hari aku menjalani tes kesehatan tersebut.

Bahkan aku sempat menghubungi seorang HRD yang menjadi contact person selama proses rekrutmen tersebut. Aku berusaha meminta hasil tes yang dikeluarkan Rumah Sakit tempatku melakukan tes kesehatan. Namun pihak HRD tidak dapat memberikannya, bahkan sekedar memberitahukan parameter apa yang gagal di tes kesehatan tersebut. Karena alasan hasil tes itu adalah data perusahaan, maka ia berhak untuk menyimpannya sebagai classified document. Aku pun memahaminya.

Tapi kemudian, aku berusaha berjiwa besar. Menerima kegagalan adalah tindakan heroik bagi seseorang. Bagiku, tidak ada yang tidak mungkin jika kita masih “Semangat Pagi” untuk memulai usaha yang lain.

Cukup berintrospeksi dengan diriku, ketika menyudahi ini, aku kemudian teringat perkataan seorang HRD yang lain saat proses seleksi itu. Pada tahapan psikotes, bapak HRD tersebut menyampaikan preambule-nya. Ia berpesan bahwa tahapan wawancara, dan psikotes adalah proses yang mudah. Namun yang paling penting adalah kecerdasan dalam hal berpikir dan menjalani gaya hidup.

“Kami di Gramedia banyak menerima kandidat-kandidat yang cerdas cara berpikirnya. Namun hanya sedikit yang peduli dengan dirinya sendiri. Dengan pola ataupun gaya hidupnya,” kata bapak HRD yang aku memilih untuk tidak menyebutkan namanya.

Tentang gaya hidup. Bagiku, saat mendengar pernyataan itu aku seperti bertemu dengan seseorang yang kuat pendiriannya. Karena, aku merasakan kebenaran dari pernyataan tersebut. Mengarahkan diriku pada sebuah konsep kepedulian terhadap diri sendiri. Ketika seseorang berfokus pada pengembangan diri sendiri, segala hal harus berimbang. Cerdas secara pikiran, juga cerdas secara fisik. Dua hal ini yang kemudian menjadi personal value pada diri seseorang.

Hal ini kemudian, dalam ingatanku juga bersambung saat aku diwawancarai oleh seorang bapak di bagian –mungkin- payroll, saat aku melakukan penawaran gaji. Bapak yang sudah berkarir sejak tahun 1992 di Gramedia itu menjelaskan dengan bijak apa-apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi bagian dari Gramedia atau lebih besar lagi Kompas Grup.

Bapak itu berkata “Kalau di Gramedia ini Mas,  kita punya nilai 6C. Tapi disamping itu budaya 6C ini adalah sebuah nilai. Ia juga mencari kesamaan nilai di setiap karyawan dan calon karyawan. Maksudnya, ada kandidat yang personal value-nya cocok dengan nilai perusahaan. Tapi ada juga yang tidak”.

Ia menerangkan bahwa kandidat yang memiliki kesamaan nilai dengan Kompas Grup adalah yang memiliki personal value yang seimbang. Cerdas secara pikiran dan cerdas secara fisik. Jika hanya salah satu yang cerdas, itu berarti personal value seorang kandidat tersebut tidak cocok dengan nilai perusahaan.

Pada saat perbincangan hangat di ruangan bapak itu, beliau mewanti-wanti diriku. Bahwa kandidat yang tidak berhasil lolos untuk menjadi karyawan di Gramedia, bukan karena tidak kompeten. Hanya saja tidak ada kesamaan nilai antara perusahaan dan si kandidat.

“Tapi mas, kalau nanti semisal mas tidak menjadi karyawan di sini (Gramedia, red), bukan berarti mas tidak pandai. Semua kandidat yang sudah sampai tahap ini semuanya berkompeten, hanya saja ada atau tidak ada kesamaan nilai yang tadi itu,” terang bapak tersebut.

Maka dari itu, mengambil pelajaran dan hikmah dari kegagalan ini aku berusaha bijak dan berbesar hati. Selama mengikuti proses rekrutmen di berbagai perusahaan, baru Kompas Grup ini yang aku rasakan prinsip yang begitu kuat dan saling menguatkan antara perusahaan dengan karyawannya. Mengingat usia yang sangat matang, dan sudah melewati beberapa dinamika kehidupan di Indonesia, tentu Kompas Grup memiliki ‘bumbu’ sendiri untuk tetap menjalankan bisnisnya.

Sekarang aku memahaminya. Dan pada kesempatan ini aku ingin memberikan “Semangat Pagi” kepada pembaca yang tertarik atau bahkan memiliki mimpi untuk menjadi bagian dari Kompas Grup. Bahwa yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menemukan kesamaan antara corporate value dan personal value yang dimiliki kandidat. Jika satu saja indikator yang tidak sama, dampaknya adalah ketidaksamaan corporate value dan personal value yang kandidat miliki. Mulai hidup sehat sekarang juga ya! (DH)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun