berbekal gadget butut di tangan
sekadar tawarkan barang daganganÂ
demi sekeping uang logam karatan
matanya melek hingga tiba dini hari
imajinasinya terbang kesana kemariÂ
puntung rokok penuhi asbak kayu balau
hitam bibirnya terbakar asap tembakau
penulis asongan mengirim satu tulisan
berharap jutaan  pengunjung halaman
jangankan dibaca ribuan orang
seratus pege view saja kurang
padahal jika mau bicara soal kualitas
penulis asongan bukan sembarang kelas
bertahun habiskan waktu jadi penulis
meskipun kini kantornya tak lagi eksis
penulis asongan mengembara di dunia maya
tak pernah tahu kemana arah yang dituju
masa lalu hanya tinggalkan jejak nostalgia
merangkai masa depan yang tak  menentu
jauh di dalam hatinya dia bertanya
masih adakah yang mau membaca
sedangkan segala cara sudah dicoba
mungkin waktu tak berpihak kepadanya
penulis asongan meratap di ruang sunyi
kala mendengar suara tangis buah hati
sekadar ingin membuatnya bahagiaÂ
namun apa daya uangpun tak punya
penulis asongan tak pernah menyerah
meski tercabik oleh taring teknologi
jemari tangannya terus merangkai kataÂ
mengemas berita hingga setangkai puisi
medio april 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H