Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Penulis - SEO Specialist

Sekadar berbagi cerita..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesalahan Fatal Sukmawati dalam Menulis Puisi

6 April 2018   11:24 Diperbarui: 6 April 2018   11:37 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin ada yang langsung bertanya, "Menulis Puisi kok salah?". Bukankah puisi adalah karya sastra yang tidak perlu dicari-cari kesalahannya?"

Memang, puisi adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh seseorang untuk menumpahkan perasaan, pikiran, termasuk imajinasi yang berupa rangkaian kata dan kalimat. Setiap orang berhak menulis puisi sekehendak hatinya sendiri. Namun demikian manakala sebuah puisi dipublikasikan, atau dibacakan di muka umum, tentu hal ini menimbulkan dampak atau reaksi dari publik, apalagi yang menulis puisi dan yang membacakannya adalah figur terkenal.

Nama Sukmawati menjadi terkenal karena dia adalah putri dari Soekarno (Proklamator Kemerdekaan RI) apalagi sebagai tokoh politik dan disisi lain Sukmawati adalah adik dari Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP).

Puisi berjudul "Ibu Indonesia" yang ditulis dan dibacakan sendiri oleh Sukmawati itu telah memicu reaksi keras dari berbagai kalangan khususnya umat Islam. Mengapa? Karena dituding sebagai upaya penistaan agama dengan membanding-bandingkan agama dengan hal lain yang tidak sepatutnya. Menurut mereka, agama tak boleh digunakan sebagai bahan perbandingan dengan hal lain, meskipun itu tertuang di dalam bait-baik puisi. Saya dalam hal ini tak mau ikut campur hak orang lain dalam menanggapi puisi itu.

Saya menilai bahwa Sukmawati tentu paham bahwa menistakan agama adalah suatu perbuatan yang melangar hukum dan tentu saja dia tak akan dengan sengaja melakukannya. Sukmawati hanya bermaksud menulis sebuah kritik sosial yang dibungkus ke dalam sebuah puisi.

Namun demikian, Sukmawati telah melakukan sebuah kesalahan besar (blunder) terkait dengan puisi yang ditulisnya itu, sehingga kritik yang diampaikannya itu tidak mengarah pada tujuannya, dan justru berbalik menghantam kepada dirinya sendiri.

Apa kesalahan Sukmawati?

Sukmawati telah melakukan kesalahan dalam memilih kata atau diksi dalam puisinya itu. Kata 'Syariat Islam', 'Cadar' dan 'Azan' yang dipilihnya, terlalu jelas untuk dibaca oleh siapapun dan dipersepsikan sebagai istilah dan aturan dalam agama Islam. Apalagi kata tersebut digunakan untuk membanding-bendingkan dengan hal lainnya yang menurut sebagian umat tidak layak dilakukan.

Berikut ini penggalan kalimat dalam puisinya yang menimbulkan reaksi keras dari sebagian umat Islam :

1.  Aku tak tahu 'Syariat Islam'
 2. Lebih cantik dari 'cadar' dirimu
 3. Lebih merdu dari alunan 'azan' mu

Mungkin Sukmawati tidak sepenuhnya menyadari bahwa sebuah kata atau diksi dalam puisi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan dan diapun tak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh melebihi apa yang diperkirakan.

Kata atau diksi dalam sebuah puisi itu sangatlah penting keberadaannya. Tak boleh sembarangan memilih diksi dalam menulis puisi. Seharusnya Sukmawati berpikir lebih dalam untuk mencari diksi yang tepat dalam puisinya sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri maksudnya.

Sebagai contoh pada kata 'Syariat Islam'. Kata ini sangat-sangat jelas dibaca dan dimengerti apa maksudnya. Bukankah masih banyak kata yang bisa dipilih untuk menggantikan fungsinya seperti misalnya "aturan keyakinanmu..', "apa yang kau yakini.."   Untuk kata 'cadar dirimu' bisa saja diganti misalnya 'tabir wajahmu', 'selembar kain di wajahmu'. Kata 'azan' bisa saja diwakili misalnya dengan 'suara panggilan' atau 'corong panggilan' dan masih banyak kata lainnya yang bisa digunakan.

Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka pembaca puisi tak dapat dengan serta merta menyimpulkan apapun terkait dengan keyakinan beragama. Tapi jika dipikir lebih jauh, tentu akan mewakili apa yang dimaksud oleh Sukmawati.

Akhirnya, para pembaca puisi Sukmawati tak sempat lagi menangkap makna dari apa yang dituliskannya, sebab telah terbentur dengan kata yang terlalu mudah diartikan sebagai upaya menyinggung keyakinan umat beragama.

Dengan adanya kesalahan dalam memilih diksi di dalam puisinya itu, Sukmawati telah gagal dalam menyampaikan kritik dan bahkan berbalik membuat masalah yang menyusahkan dirinya sendiri..

#donibastian

Berikut ini Puisi lengkap karya Sukmawati Soekarnoputri

Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam
 Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

Lebih cantik dari cadar dirimu
 Gerai tekukan rambutnya suci
 Sesuci kain pembungkus ujudmu

Rasa ciptanya sangatlah beraneka
 Menyatu dengan kodrat alam sekitar
 Jari jemarinya berbau getah hutan
 Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
 Saat penglihatanmu semakin asing
 Supaya kau dapat mengingat

Kecantikan asli dari bangsamu
 Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
 Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
 Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok

Lebih merdu dari alunan azan mu
 Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
 Semurni irama puja kepada Illahi
 Nafas doanya berpadu cipta

Helai demi helai benang tertenun
 Lelehan demi lelehan damar mengalun
 Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia
 Saat pandanganmu semakin pudar
 Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu

Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun