Kata atau diksi dalam sebuah puisi itu sangatlah penting keberadaannya. Tak boleh sembarangan memilih diksi dalam menulis puisi. Seharusnya Sukmawati berpikir lebih dalam untuk mencari diksi yang tepat dalam puisinya sehingga pembaca dapat menyimpulkan sendiri maksudnya.
Sebagai contoh pada kata 'Syariat Islam'. Kata ini sangat-sangat jelas dibaca dan dimengerti apa maksudnya. Bukankah masih banyak kata yang bisa dipilih untuk menggantikan fungsinya seperti misalnya "aturan keyakinanmu..', "apa yang kau yakini.." Â Untuk kata 'cadar dirimu' bisa saja diganti misalnya 'tabir wajahmu', 'selembar kain di wajahmu'. Kata 'azan' bisa saja diwakili misalnya dengan 'suara panggilan' atau 'corong panggilan' dan masih banyak kata lainnya yang bisa digunakan.
Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka pembaca puisi tak dapat dengan serta merta menyimpulkan apapun terkait dengan keyakinan beragama. Tapi jika dipikir lebih jauh, tentu akan mewakili apa yang dimaksud oleh Sukmawati.
Akhirnya, para pembaca puisi Sukmawati tak sempat lagi menangkap makna dari apa yang dituliskannya, sebab telah terbentur dengan kata yang terlalu mudah diartikan sebagai upaya menyinggung keyakinan umat beragama.
Dengan adanya kesalahan dalam memilih diksi di dalam puisinya itu, Sukmawati telah gagal dalam menyampaikan kritik dan bahkan berbalik membuat masalah yang menyusahkan dirinya sendiri..
Berikut ini Puisi lengkap karya Sukmawati Soekarnoputri
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
 Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indahLebih cantik dari cadar dirimu
 Gerai tekukan rambutnya suci
 Sesuci kain pembungkus ujudmuRasa ciptanya sangatlah beraneka
 Menyatu dengan kodrat alam sekitar
 Jari jemarinya berbau getah hutan
 Peluh tersentuh angin laut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!