Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Penulis - SEO Specialist - Konsultan Pemeliharaan Ikan Koi

Sekadar berbagi cerita..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Geleng Kepala

10 Februari 2016   20:03 Diperbarui: 10 Februari 2016   20:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku berkelana di tengah riuh nafas rimba
tatap mataku jatuh membentur sisi jalan
kicau burung-burung di puncak cemara
merangkai senandung nada tak beraturan

kugelengkan kepala sebagai pertanda hati bertanya
sesungguhnya lagu apa yang sedang mereka nyanyikan
lembaran hari hanya tertulis catatan yang tak bermakna
waktu yang terbuang hanya untuk sebuah kegaduhan

kutengadahkan kepala memandang burung merpati
terbang tak menentu arah kemana yang akan dituju
sementara anak-anaknya menjerit menagih janji
yang dulu pernah terucap sambil membagikan baju

kugelengkan kepala sebagai luapan rasa tak percaya
jejak tapak kaki mereka tinggalkan goresan luka
tinggi perbukitan melukis sejuta pengharapan
yang telah kandas di dalam selimut kebohongan

kudengar desah rumput ilalang yang layu disudut dusun
sekian lama menunggu demi setetes embun yang luruh
angin perubahan menerpa rencana yang telah disusun
kemakmuran hanya sebatas impian yang pergi menjauh

kugelengkan kepala sebagai pertanda aku merasa prihatin
melihat manusia pintar namun bertindak bagai orang pandir
tak mampu lagi menjaga martabat diri demi kepuasan batin
menebar dusta atas nama kekuasaan sedari hulu hingga hilir

di tepi jalan kulihat banyak pohon yang tumbang bekas ditebang
getah bening mengalir diantara celah kekecewaan yang mendalam
pucuk-pucuk tunas kedewasaan telah pupus diladang yang gersang
sekumpulan mata hati yang buta terbalut oleh selembar kain hitam

kugelengkan kepala sebagai pertanda harapan yang sia-sia
menutup kisah perjalanan yang penuh dengan sandiwara
hanya sepotong doa yang masih terselip dibalik kepasrahan
semoga masih ada waktu yang berpihak kepada kebenaran

#donibastian - LumbungPuisi
GF, 10-02-2016

ilustrasi gambar : publicity.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun