tak sadarkan diri akan gemerlap mahkota di atas kepala
seiring langkah bersama menuju meja perundingan rahasia
dua wajah yang bersembunyi di balik topeng pahlawan rakyat
selembar baju kebesaran telah merobek kemurnian martabat
seorang yang sedang terbentur dua kepentingan yang berbeda
berbekal tekad bulat berjalan sendiri merajut tali konspirasi
bagai pemburu memasang perangkap yang terselip di balik bajunya
dua tikuspun terjerat ketika berada tepat di pintu lumbung padi
terbawa putaran arus moralitas yang begitu kuat mengalir
terseret di tengah lingkaran manusia bergelar yang mulia
selaksa pasang mata menyorot dari sudut hulu hingga hilir
kukuh membela pembenaran diri melepas bening hati bicara
terlena ketika berada di puncak kemilau singgasana kekuasaan
mengejar secuil rente guna menambah pundi menumpuk di gudang
membawa sederet nama puncak-puncak bukit yang mencakar langit
melompati pagar pembatas demi berjuang menuju istana kaum elit
akar rumput yang terhampar disudut-sudut dusun tak tinggal diam
pucuk daunnya bergoyang sebagai tanda bahwa mereka terkhianati
jerit suara hati terdengar hingar bingar mengoyak kesunyian alam
makin mengubur rasa percaya yang selama ini mereka junjung tiggi
apa lagi yang bisa kau katakan ketika mulut-mulut angsa terbuka
teriakkan kata hina yang menghempas kehormatan yang kau miliki
seharusnya sejenak berdiri menatap muka belang di depan kaca
bukan berbalik menyerang demi mengusung pembenaran diri sendiri
tak sadarkah bahwa kau telah membuat hati tersayat sembilu
kemana kau buang amanah yang mereka titipkan di pundakmu
sudah tiba saatnya bagimu kembali membaca indahnya syair
kini kaupun terjatuh dari puncak tertinggi ke titik nadir
@donibastian - lumbungpuisi.com
GF, 12/12/2015
ilustrasi gambar : lebeauleblog.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H