Berarti setelah diciptakan Alloh swt, maka kita tidak pernah akan mati tetapi hanya berpindah-pindah tempat atau transit. Mempersaksikan atau melihat Alloh swt hanya bisa terjadi di alam gaib, sedangkan di alam dunia kita hanya bisa menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Alloh swt (ayat kauniyah).
Begitu singkat dan dekatnya kita dengan kematian. Waktu hidup kita hanya 1,5 jam di dunia ini. Di waktu yang singkat itu pula, kita harus mempersiapkan bekal ibadah sebanyak-banyaknya. Pernahkan kita membayangkan, ketika kita tidur malam bahwa ada kemungkinan tidak akan terbangun besok hari, ketika kita berangkat kerja dari rumah bahwa ada kemungkinan tidak akan kembali lagi ke rumah. Saking dekatnya kematian itu, Nabi Muhammad saw bersabda bahwa malaikat Izrail pencabut nyawa menemui manusia sebanyak 70 kali dalam sehari.Â
Setiap kita terbangun di pagi hari, dan melangkah bergegas dari tempat tidur, maka sesungguhnya kita telah maju selangkah mendekati kematian dan akhirnya menghabiskan masa kontrak kehidupan di dunia ini. Sudah saatnya kita tidak perlu menolak, gelisah dan menghindar dari kematian. Siap atau tidak siap harus tetap menerima karena kematian itu adalah keniscayaan. Tugas kita hanya mempersiapkan bekal apa yang harus kita bawa dalam menempuh perjalanan yang sangat panjang menuju keabadian untuk kemudian bersanding di sisi Alloh swt. Sampai di sini terkadang kita terdiam merenung, betapa sibuknya kita dengan urusan dunia, betapa jauhnya kita dengan Alloh swt padahal kehidupan tidak lebih dari sejengkal lagi dekatnya dengan kematian.
Alloh swt hanya menciptakan kebaikan. Lantas keburukan itu adalah ketika hilangnya nilai-nilai kebaikan, seperti malam yang terjadi karena hilangnya cahaya matahari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H