Tidak jarang, para sufi, menyebutkan Tuhan dalam senandung hatinya, bahwa, "Aku adalah khazanah tersembunyi, ketika Aku ingin dicintai, maka kuciptakan makhluk yang mencintai-Ku".
Dengan demikian, tidak salah rasanya, jika menyebutkan corak pemikiran tasawuf yang diusung oleh Rumi, adalah "percintaan yang agung dengan Tuhan atau mahabbah".
Dari sudut "keterbatasan" pandang penulis, maka dalam kesempatan ini, berusaha melihat dan mengeksplorasi makna yang terkandung dalam bait "ghazal" Rumi.
Dia adalah orang yang tidak mempunyai ketiadaan.
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya.
Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya.
Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi.
Metafora kedekatan dengan pemilik cinta sejati. Cinta telah mengalir ke dalam diri pencinta, maka dia bukan lagi pencari cinta, tetapi dia telah menjadi pemilik cinta, makna "orang" tidak menunjukkan entitas yang terbatas tetapi telah menjadi khazanah yang lebih luas dan tidak terbatas, karena semua hal-hal partikular telah melebur dalam bingkai "cinta" universal. Tergila-gila dengan cinta, memabukkan dan memanggil dengan mesra para pencinta untuk mengejar dan mengikuti jalan kekasihnya.Â
Pencinta tidak pernah akan merasa berat dan tersakiti, karena dia sadar cinta sejatinya, tidak mungkin akan memberikan bias dan racun cinta yang bisa menyesatkannya. Ketika pencinta semakin sadar dengan suara panggilan cinta, semakin menggelora rasa cinta itu, maka dia akan mendekati, menjadi, menyatu dan melebur dengan cinta sejati. Semua orang bisa merasakan cinta, tetapi hanya pencinta yang berjodoh dan selalu bersama cinta sejatinya, maka dia dan Dia akan abadi di dalam peraduannya.
Dia adalah orang yang saya cintai, dia
begitu indah.
Oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pencinta yang tidak pernah sekarat.
Dia adalah dia dan dia dan
mereka adalah dia.
Ini adalah sebuah rahasia, jika
kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.
Metafora tentang jiwa yang telah tersingkap tabir kebenaran sejati -mukasyafah- di hadapannya, di mana jiwa telah bertemu dengan hakikat pengetahuan, Sang Empunya Ilmu, berguru langsung kepada-Nya -ma'rifat-.Â
Ilmu Tuhan telah menjadi perbendaharaan jiwa. Hakikat ilmu yang memancarkan keindahan dan kesempurnaan, maka siapapun yang dapat melihat dan merasakannya, maka dia pasti dimabukkan cinta. Api cinta yang terus bergelora di dalam jiwa, yang bebas dari penjara keterbatasan hidup.Â
Baginya, materi bukan ukuran segalanya, hanya sekedar fisik yang akan mati, dia sadar jiwa selalu hidup abadi bersama kekasih-Nya, oleh karena itu, pencinta tidak pernah akan sakit dan sekarat, dia selalu sehat dan bahagia dalam penjagaan-Nya.Â
Ungkapan emosional perasaan, yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang telah melalui tahapan demi tahapan cinta -tarikat-, karena semua orang bisa mencintai, tetapi tidak semua orang bisa merasakan kenikmatan cinta sejati.