Mohon tunggu...
Doni Swadarma
Doni Swadarma Mohon Tunggu... -

Menghabiskan masa kecil sampai SMA-nya di seputaran terminal Blok M, setelah menyelesaikan pendidikannya di Teknik Sipil UI, mendedikasikan diri di dunia pendidikan sambil mengamati banyak hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Informasi, Ideologi dan Hirarki Kekuasaan

16 November 2015   22:44 Diperbarui: 16 November 2015   22:44 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karenanya, cerdaslah dalam mengolah informasi, seperti yang diajarkan oleh Karl E. Weick, pakar komunikasi sang pencetus teori enactment. Ia menjelaskan dalam Making Sense of the Organization (2009) : “Informasi dari lingkungan sekitar bersifat ambigu dan penuh kesamaran. Dan untuk memastikannya dapat dilakukan dengan tiga tingkatan, yaitu penetapan (enactment), pemilihan (selection), dan penyimpanan (retention). Enactment adalah penetapan situasi yang menyatakan adanya informasi yang samar dari luar. Selanjutnya selection, yaitu proses menyeleksi dan menerima beberapa informasi yang relevan sambil menolak informasi lain. Dan akhirnya retention, dimana informasi tersebut disimpan untuk penggunaan di masa mendatang bergabung dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.

Jadi menurut Weick tidak semua informasi bisa disimpan dan digunakan, tapi harus ada proses seleksi. Sebab bila tidak, maka informasi akan membuat kita bingung sendiri. Seperti saat ini, tatkala kepentingan sekelompok orang yang saling berebut kekuasaan dianggap sebagai pertempuran ideologi......

Pada akhirnya harus disadari bahwa musuh sejati kita bukanlah ideologi. Karena dia hanyalah wacana yang ada di dalam pikiran. Pikiran yang masih bisa dihipnosis, dipengaruhi oleh informasi yang bersifat afirmasi, menyerang bertubi-tubi dan masuk ke dalam alam bawah sadar tanpa disadari. Musuh bersama kita adalah tindakan. Tindakan oleh pelaku kesewenangan penuh keserakahan yang berujung pada kesengsaraan. Pelaku yang ideologinya hanyalah hawa nafsu untuk terus naik hingga ke puncak hirarki kekuasaan, baik dalam skala lokal maupun global.
Itulah yang dikhawatirkan Laurence J. Peter seorang hierarchiologist asal Kanada dalam The Peter Principle: Why Things Always Go Wrong (1984). Meskipun Peter bicara tentang kinerja, namun relevan dalam kacamata hirarki kekuasaan. Menurutnya, “Saat seseorang mencapai eskalasi yang lebih tinggi, maka sesungguhnya ia berada di tempat yang makin tidak dikuasai”. Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa “saat kekuasaan makin tinggi, maka makin sulit untuk dikuasai, namun makin sulit untuk berhenti, sehingga kerusakanlah yang akan terjadi”.

Mungkin karena itulah perang informasi akan terus dilakukan dalam menapaki hirarki kekuasaan, karena nafsu berkuasa adalah ideologi yang tak pernah lekang dan tak berkesudahan hingga akhir jaman. Sebab di tengah kehidupan yang standart keberhasilannya adalah perolehan hasil yang makin besar, maka sungguh sukar untuk berhenti di satu tingkatan dengan perasaan damai……

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun