Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kopi Mahal, Gagal Panen, Carilah Nyai Blorong Si Pengendali Cuaca Kisah Dongeng Kopi

19 Mei 2024   02:20 Diperbarui: 19 Mei 2024   05:39 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyai Blorong, Pengendali Cuaca kesaktiannya. Dok. Dongeng Kopi

"Cuaca tidak menentu, hasil kopi tahun ini sepertinya tidak seperti biasanya Wuk!" , ujar Mbah Sarjono pada cucunya Gendis Abrit yang singgah di Temanggung sore itu. Mbah Sar tahu, menjelang panen Gendis Abrit memang biasa tandang.

Gendis Abrit yang biasa dipanggil Bawuk sama Mbah Sar kedatangannya membawa pesan dari Dusun Dalangan, dusun kecil dekat Candi Kedulan, alamat Sasana Panggang Dongeng Kopi. Pesan yang seperti biasa mengenai kuantitas gabah kopi untuk persediaan dalam satu tahun.


"Kembang kembang banyak yang rontok, hujan dan panas berselang acak, sungguh membuat bakal buah kopi yang gugur. Simbah khawatir tahun ini tidak bisa memenuhi jumlah pesananmu"
"Mungkin kita harus minta tolong sama Nyai Blorong, agar hujan dan panas tidak bertumburan dan lebih teratur"
tukas Lelaki berusia 80 tahun namun seperti baru 50 tahunan.

"Kok bisa dengan Nyai Blorong Mbah? Bukannya mustinya minta tolong ama balai besar modifikasi cuaca ya? Kok bisa dengan Nyai Blorong Mbah?"


"Nyai Blorong itu jagoan pengendali cuaca Wuk Gendis, kau belum pernah dengar ceritanya?"
"Belum Mbah,"

Begini ceritanya; pada zaman dahulu, saat Jawa dikuasai Dewata Cengkar, tindakannya kepada rakyat sangat lalim sekali. Setiap malam, para orang tua tidak pernah nyenyak tidurnya. Sebab begitu kokok ayam jantan pertama berbunyi, hulubalang istana menyebar memburu rumah rumah untuk membawa lajang yang bersih, sehat, rupawan, laki laki maupun perempuan untuk dijadikan santapan Baginda mulai dari sarapan sampai makan penghabisan menjelang berbaring ke peraduan.

Beruntung ada Ajisaka ksatria dari Bumi Majethi yang membendung kelaliman Baginda dengan kesaktiannya. Lewat destar Ajisaka, yang terbentang panjang sampai pantai selatan, Dewata Cengkar terhempas jatuh ke samudra dan berubah jadi buaya putih. Bersalin wujud tak bisa kembali menjadi manusia.

Bajul putih jelmaan Raja penggemar daging manusia itu marah dengan keadaannya. Kemurkaannya ia lampiaskan kepada para penghuni istana pantai selatan. Nyai Roro Kidul . Kesaktian Dewata Cengkar tak tertandingi. Ratu cantik penggemar warna hijau itu menjumpai Ajisaka untuk meminta bantuan.  Ajisaka mengutus anaknya Joko Linglung sesosok naga raksasa yang menetas dari telur ayam akibat sang penakluk raja lalim itu terpukau dengan kemolekan Rarasati sehingga Tirta Manikam menetes hingga termakan ayam. Begitu bertelur menetas naga raksasa yang segera mencari ayahnya. Oleh sang ayah Joko Linglung diperintah menumpas Bajul Putih dan atas jasanya ia dihadiahi Putri penguasa pantai selatan, Nyai Blorong.

Nyai Blorong adalah panglima perang kerajaan pantai selatan kesaktiannya dapat mengendalikan cuaca kapan panas kapan hujan kapan harus terang, kapan badai kapan cerah. Ia juga dianggap bisa mendatangkan kekayaan. Dari sisiknya bila dilepas akan menjadi emas. Tak heran banyak yang datang ke Karang Bolong untuk meminta bantuan menggenggam dunia dengan raja kaya.

Semenjak masyarakat semakin modern, sekarang sudah jarang yang cawis buat Nyai Blorong. Mungkin ini yang bikin cuaca tidak menentu. Nyai Blorong murka, kita yang kena getahnya. Panen gagal, sementara kebutuhan bahan baku ugal ugalan. Terus meningkat. Pungkas Mbah Sarjono sambil meletakkan cangkir kopinya ke meja selesainya disruput.
Beruntung ada Ajisaka ksatria dari Bumi Majethi yang membendung kelaliman Baginda dengan kesaktiannya. Lewat destar Ajisaka, yang terbentang panjang sampai pantai selatan, Dewata Cengkar terhempas jatuh ke samudra dan berubah jadi buaya putih. Bersalin wujud tak bisa kembali menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun