Mentri Utama Rakryan Ajag, tangan kanan Baginda Sri Maharaja Babi, mengenal Baginda jauh sebelum seperti sekarang.
Ia adalah perwira jebolan taruna dari akademi laskar bela rimba raya. Memimpin sejumlah kesatuan, berbagai bintang dan lencana banyak tersemat di dadanya.
Prestasinya adalah gemilang di banyak operasi operasi khusus, penanganan penanganan sulit konflik antar genus melata yang memberontak ingin menentukan nasib sendiri terpisah dari rimba raya.
Belum pensiun sudah jadi Mentri, jelang pensiun menjadi duta kerajaan rimba raya yang ditempatkan di Simhapraja. Berikutnya ia menjadi pengusaha di bidang pemanfaatan hutan dan budidaya macam macam.
Perjumpaan dengan golongan kuda, ular, banteng, buaya, rubah, badak, tikus, lipan, kecoa, kancil, sapi, kerbau, lintah jadi makanan sehari hari sejak ia membangun usaha. Termasuk golongan babi.
Akan tetapi diantara banyak babi di belantara rimba raya bagian tengah ia mendapati hanya Babiwi yang sangat mencerminkan potongan rakyat kebanyakan rimba raya. Wajah plonga plongo, kurus, rambutnya tipis bagian depan. Bicaranya tidak terstruktur. Sangat mewakili golongan kromo di rimba raya. Kelas terbanyak di kerajaan Rimba Raya.
Pengalaman Rakryan Ajag sebagai komandan cukup mengasah intuisinya menjadi tajam. Lima kesatuan yang pernah ia pimpin tak pernah mengecewakan. Saat di Akademi ia adalah lulusan terbaik. Dari intuisinya itu juga ia percaya Babiwi akan bisa menduduki tampuk kerajaan. Meski ia bukan dilahirkan sebagai ksatria. Babiwi hanya tukang kayu biasa. Ia mendirikan usaha setelah berjumpa dengan Ajag selepas bekerja di ujung barat rimba raya. Ajag mendorongnya untuk membangun usaha meubel dengan menyiapkan pasar ekspor buah jaringan yang ia dapat saat menjadi duta kerajaan rimba raya di Simhapraja.
Melalui jalan yang Ajag susun berturut turut Babiwi menjadi Tumenggung, lalu Adipati, hingga naik menjadi Maharaja dan bergelar Sri Baginda Maharaja Gandawida Babi Nati. Rakryan Ajag mengatur operasi bagaimana rakyat sedemikian rupa mencintai Baginda lewat kendali Pasukan Burung.Â
Kedudukan, kekayaan, pengaruh, kemudahan adalah yang ia tawarkan agar para pembesar burung membagikan kabar yang membentuk Babiwi jadi semirip orang suci. Tanpa cela, moralitas yang berada diatas rata rata makhluk rimba raya. Kritik para pemuka disulap jadi cap penyakit hati. Mereka yang keras bersuara, dirangkul masuk lingkaran, jika menolak diposisikan jadi pesakitan. Semua strategi disusun Ajag sehingga Baginda tinggal duduk enak.
Tidak berlebihan bila atas jasanya yang sangat besar, baginda memberikan posisi mentri utama padanya, sekaligus rangkap jabatan berbagai bidang lintas sektoral agar semua urusan beres dalam satu pintu.