Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tetuka Saja Pakai Dihajar Keadaan, Eh Anak Pak Lurah Maunya Instan

24 Januari 2024   16:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   16:06 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idiom tahan banting otot kawat balung wesi untuk istilah petarung sejati yang melekat di Gatotkaca itu benar benar bukan bualan. Penderitaan membuat kuat dan tangguh sebagai contoh itu benar adanya pada anak Bima dan Arimbi ini.

Saat kecil, Gatotkaca pernah dihajar Patih Sekipu. Anehnya semakin dihajar ia semakin kuat. Kisah ini bermula dari peristiwa Raja Kalapracona yang hendak melamar Batari Supraba di kahyangan. Gatotkaca yang diasuh Batara Narada dipasang depan untuk melawan Sang Patih. Padahal masih kecil. Saat itu namanya masih Tetuka.

Patih Sekipu kewalahan. Ia yang berumur tak mampu menaklukkan anak kecil. Oleh Patih Sekipu dikembalikan kepada Narada.

Oleh sang Batara, Tetuka dimasukkan ke kawah candradimuka di gunung Jamurdipa. Berbarengan itu, senjata yang dipunya para Batara dilempar dalam kawah. Perlahan Tetuka muncul ke permukaan & menjadi dewasa. Seluruh senjata melebur masuk menyatu dalam tubuh menjadikannya sakti mandraguna.

Tetuka lantas melawan Sekipu. Bukan dengan tangan atau kakinya, Sekipu tumpas lewat gigitan taring panjangnya. Turunan dari Arimbi, sang Ibu yang menjadikan taring panjang itu berasal.

Oleh Kresna, taring panjang dipotong dibikin hilang. Agar segenap sifat raksasa juga tumbang. Namun rupanya belum cukup juga sifat sifat raksasa itu rangkas. Batara Guru lantas mengasapi tubuh putra Werkudara ini dengan biji kopi yang dibakar. Mendaulat menyesap tiga cangkir Geni Jora. Kopi dari hasil sangan Dang Hyang Langan. Seorang maharsi yang senantiasa menggetarkan kahyangan tiap kali puja semadi.

Ajaib. Tiga cangkir kopi merasuk ke mulut mengalir kerongkongan, sifat raksasa luntur bersalin jadi sifat Ksatria. Girang akan perubahan ini, Batara Guru menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, & Terompah Padakacarma sebagai stempel siap menjadi ksatria sekaligus mengganti nama Tetuko menjadi Gatotkaca.

Bahkan Gatotkaca untuk menjadi tangguh juga melalui dihajar berulang, dilempar ke kawah panas, di jejali kopi banyak-banyak. Masak kamu pingin tangguh enggak mau dihajar situasi, dibentur persoalan, dilempar masalah, dan malah minum arak dan tuak?

Gagal tangguh dong!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun