Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kabar Kibul, Praktisi Pertama di Jawa adalah Ken Arok Sebuah Analisis Dongeng Kopi

27 Desember 2023   22:33 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:35 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar kibul, berita bohong dalam praktik politik bukan hal baru. Ken Arok, orang yang luar biasa, melompat banyak kasta dari sudra hingga mencapai ksatria adalah salah satu praktisi abadi lewat crita tutur bersama keris Empu Gandring.

Tidak jelas asal usul Ken Arok sesungguhnya. Tetapi ada kisah lamat lamat di masyarakat bahwa Arok sebenarnya adalah anak pembesar kediri dari hasil hubungan gelap. Itulah sebabnya petualangannya begitu menarik untuk ditelisik. Lahir di tepi Sungai Brantas, Arok dibesarkan oleh Lembong. Seorang gembong yang ditakuti oleh banyak orang. Kegemarannya berjudi membuat Lembong pening. Beruntung jalan hidupnya berubah setelah perjumpaan dengan Lohgawe, seorang brahmana di Dusun Taloka yang kemudian menjadi guru Arok.

Arok yang cerdas cepat menangkap pelajaran hingga ia menjadi prajurit Tumapel.

Sebagai tamtama inilah kemudian Arok berteman dengan Kebo Ijo. Tangan kanan Tunggul Ametung yang suka pamer dan gemar membual.

Fisiknya yang prima, khatam kekuatan tenaga dalam barangkali yang membuatnya berada di posisi strategis. Setara dengan Arok yang jadi kepala pengawal Tumapel.

Situasi sosial yang berat di akar rumput, serta kekuasaan pejabat yang menindas rakyat di Tumapel, membuat Arok melihat peluang bagaimana ia berencana membunuh Tunggul Ametung.

Maka dipesanlah sebilah keris sakti sekali tusuk pada Mpu kawan ayahnya, nama Mpu Gandring. Mpu sakti yang tinggal di Lulumbang ini menyanggupi permintaan Arok dalam waktu 12 purnama. Sebab ritual membuat pusaka sangat rumit. Tirakat puasa, puja mantra, hingga semadi perlu waktu bukan sehari dua hari.

Baru lima purnama, belum genap sesuai yang dijanjikan, Arok sudah menanyakan pesanannya. Situasi sudah genting. Para brahmana sambat bahwa Akuwu sudah melewati batas. Semuanya hanya bersandar nafsu. Ia menaikkan upeti, semua yang melawan akan dihabisi lewat operasi khusus. Hukum dimain-mainkan sesuka hati.

Jarak Tumapel ke padepokan Gandring sekitar dua tabuh waktu.

Saat sampai Kyai Sumelang Gandring sedang menyesap kopi. Mengaso sejenak setelah menyicil pusaka pesanan Arok. Keris dengan hulu kayu cangkring yang masih berduri, belum diberi perekat, masih kasar.

Keris baru setengah jadi. Arok yang tak sabar marah dan menghunus keris setengah jadi ke dada Mpu Gandring. Gandring tumpas tak bernyawa dan melepas kutukan tujuh turunan akan mati bersama senjata besutannya.

Oleh Arok, keris Gandring dipinjamkan pada Kebo Ijo. Kesaktian keris yang mampu membelah lumpang batu, membuat kebo ijo bangga punya pusaka dan memamerkannya ke semua orang.

Hingga saat keris itu dipakai oleh Arok membunuh Akuwu, dan mengabarkan ke semua orang pemimpin Tumapel telah terbunuh, semua orang langsung menuding pelakunya adalah Kebo ijo. Padahal itu kabar kibul yang memang sudah disusun sebagai trik politik Arok untuk bisa menjadi satu satunya orang yang punya kesempatan menjadi orang nomor satu di Tumapel. Sebab berita tangan kanan Tunggul Ametung sendiri yang menghabisi tuannya tentu menggugurkan kesempatan itu.

Kabar kibul dan berita bohong memang melekat di dunia politik. Kalau bulan bulan ini santer beredar kabar kibul, berita bohong, itu bukan yang pertama. Arok sudah mempraktikkan jauh-jauh hari menjelang Singasari berdiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun