Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Buru Buru Marah Bila Wakil Rakyat Suka Tidur, Itu Hanya Kurang Dongeng Kopi!

4 Desember 2023   17:57 Diperbarui: 4 Desember 2023   17:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila di sidang paripurna dewan rakyat ada yang tidur, jangan buru-buru menyalahkan. Tolong hentikan segenap caci maki & umpatan soal kontra produktif. Bisa jadi, itu bagian dari aksi tapa nendra atas kemuakan angkara murka, nafsu yang meraja.

Persis Kumbokarno.

Putra Resi Wisrawa & Dewi Sukesi ini memilih tidur atas sikap Dasamuka kakaknya yang lewat batas. Sudah berulangkali diingatkan soal kendali pusar ke bawah harus dijaga. Malah mangugung adiguna, adigang, adigung.

Bagi Kumbokarno tidur adalah bagian aksi diam, aksi bisu, aksi tidak sepakat dari politik rezim sewenang wenang. Manjauhi diri dari gemuruh riuh urusan negara otoriter karena penguasanya hanya mau menang sendiri.

Tidurnya lama sekali, sampai perang sudah menghabisi para ksatria Alengka, ia masih pulas tidur. Pasukan terompet, pasukan tambur, pasukan meriam sampai dengan petasan bergantian membangunkan Kumbakarna. Namun Kumbakarna tak jua terjaga.

Saat wulu cumbu, bulu kaki jempol kiri ditarik tak jua bikin bangun, Indrajit yang diperintah ayahnya, Dasamuka, itu gagal ia lalu berpikir keras.

Diseduhnya kopi untuk mengail Ilham. Kopi dari umbul Jumprit yang aromanya menyeruak tajam adalah kopi pilihannya.

Duduk di dekat kaki panjang sang paman, seruputan dari cangkirnya mengalir menyebar ke seluruh langit-langit mulut menyentuh setiap syaraf dan mengirim pesan ke pusat di kepala, amboi nikmatnya.

Kepul asap dari cangkir berpadu dengan aroma kopi segar menguar ke berbagai penjuru. Kuat sekali aroma itu hingga menusuk indera penciuman ksatria yang lahir dari mendaras Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.

Kumbakarna bangun. Aroma kopi dari keponakannya, pemilik nagapasa berhasil menghentikan dengkurnya.

Aroma apa ini? Ia terduduk dan bertanya.
Maaf Paman, ini kopi spesial dari Sindoro. Saya sudah kehabisan akal membangunkan Paman. Ksatria Alengka telah tumpas, Paman diminta maju ke Medan laga. Karena saya lelah setelah berbagai cara membangunkan Paman, saya menyesap kopi. Malah kebetulan sekali paman terbangun.

Le, Indrajit, Paman tidak mau maju ke Medan laga mbelani Bapakmu yang ngisor pusere radiator, tapi Paman mau kopimu aja le, sini ketoke enak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun