"Aku beri 5 bungkusan kecil yang isinya biji timun, jarum, garam, terasi dan kopi. Mulailah dengan kopi. Bila kopi tidak dapat melunakkan hati yang keras, mintalah Timun Mas lari dengan empat bungkusan lain boleh dibuka berurutan."
Mbok Srini pulang dengan hati tenang. Resi Martani mengurai keruwetan hatinya yang seperti bolah bundet.
Ia lantas berpesan pada Timun Mas, "bicarakan baik baik Buto Ijo. Siapkan kopi, siapa tahu hatinya luluh. Kalau tak jua luluh, empat bungkusan ini kau sebar sembari berlari!"
Timun Mas melaksanakan pesan Ibunya. Begitu Buto Ijo datang, ia tak gentar menghadapinya. Kepalanya tegak mengajak bicara. Ia meracik kopi yang disangan Resi Martani.
Buta Ijo luluh, dan sejak saat itu mereka bersahabat karib. Mbok Randa senang, Timun Mas Senang, Buta Ijo senang. Semua senang tidak ada pertumpahan darah bersama kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H