Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Dialog Narada dan Hanila di Bengawan Kadiraja Sebuah Dongeng Kopi

14 November 2023   17:58 Diperbarui: 14 November 2023   18:11 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percakapan antara Narada dan Hanila di atas Perahu. Sumber: Dok. Dongeng Kopi

Cerita percakapan di atas perahu tidak hanya satu dua, Narada dan Hanila juga sempat berbincang diatas perahu.

Sesaat sebelum perang di raja Alengka, Patih Kerajaan Guwakiskenda ini diberikan wejangan ayahnya Batara terpintar yang menjadi tangan kanan Sang Hyang Jagadnata. Karena wejangan ini sangat penting, diatas perahu kecil pilihan pertemuannya, bukan di kedai kopi yang berisik, yang iringan musiknya mengganggu konsentrasi.

Jelang berangkat, Narada menjerang air. Kemarin rendangan kopi dari Dalangan baru saja dikirim sampai kahyangan Sidiudaludal. Sejak Resi Wyasa menyajikan saat purnama Asadha, ia langsung ketagihan dan tak pernah kurang persediaan. Ia percaya ada mantra khusus yang dirapal sama sang Juru Rendang Rara Ayuri Murakabi. Selesai gerus biji, ia tubruk saja dalam dua cangkir. Satu untuknya, satu untuk Hanila anaknya.

Perahu beringsut perlahan membelah Bengawan Kadiraja. Sampai di Tluron, Narada baru menyampaikan wejangan pada anaknya yang berwujud kapi.

Multiple Origin, Hanya ada di Dongeng Kopi. Sumber Gambar: Dok. Dongeng Kopi
Multiple Origin, Hanya ada di Dongeng Kopi. Sumber Gambar: Dok. Dongeng Kopi
"Nak, Bagaimanapun keadanmu sekarang, terutama dalam kondisi diatas, jangan suka menertawakan orang, sebab bisa jadi apa yang sedang kau tertawakan itu akan kamu dapati. Bila Sang Hyang Murbeng Dumadi menghendaki."

Seperti Bapakmu ini. Lanjutnya sembari menyesap kopi perlahan. Pandangan Narada jauh ke langit yang sedang cerah.

Dahulu Bapak menertawakan Sang Hyang Jagadnata karena punya anak wanara petak, saat ia memangku dengan rasa sayang. Lantas dilemparkannya daun sawo kecik mengenai punggung dan menjelmalah dirimu. Wanara nila yang tak mau lepas dari punggungku.

Sebuah Komtemen Dongeng Kopi berbagi cerita tutur.  Dok. Dongeng Kopi
Sebuah Komtemen Dongeng Kopi berbagi cerita tutur.  Dok. Dongeng Kopi
Kejadian ini ditertawakan semua penghuni Swargaloka dan jadilah semua Batara dianugerahi Wanara satu persatu.

Hanila tercekat. Tangannya gemetar di ganggang cangkir. Ia tidak menyangka kelahirannya berawal dari senda gurau, ejek mengejek, aktivitas merendahkan Sang Hyang Jagadnata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun