Tidak selalu harus menjadi rajawali untuk memandang luas. Tidak harus menjadi kuda untuk cepat sampai tujuan, Bisa saja pilihannya menjadi cacing biar mendengar nyaring untuk tahu banyak hal.
Sebagaimana kisah putra Resi Bungsu.
Ia menjadi cacing masuk ke dalam segumpal tanah bagian penambal perahu bocor yang dinaiki dua orang waskita Kalijaga & Bonang.
Sitibrit namanya. Akibat satu hal kesalahan fatal, kemarahan ayahnya memuncak. Sebagai seorang resi tentu bukan sembarangan begitu melempar amarah. Kutukan berbuah jadi hewan paling lemah berada di tanah dekat dengan kotoran. Tempat terinjak injak segenap makhluk.
Petualangan menjadi cacing membawanya pada pengetahuan ilmu soal rasa & asal muasal kehidupan. Ketika Bonang yang sedang berbincang dengan Kalijaga sembari menyeruput kopi, tidak sengaja ia mendengar wejangan rahasia, seketika itu kutukannya sirna.
Perahu yang semula berisi dua orang tiba tiba bertambah satu menjadi tiga penumpang.
Sitibrit lepas dari tulah berkat percakapan diam diam bersama secangkir kopi.
Tidak selalu nampak megah jadi bintang biar dipandang jadi pokok perbincangan. Bisa saja pilihannya menjadi cacing biar mendengar nyaring untuk tahu banyak hal.
Diabaikan dipandang sebelah mata namun mengejutkan karena bisa menyerap apa saja tanpa ada rasa curiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H