Dengan segala raihan yang telah dicapainya di lapangan hijau, tidak salah jika pemain kelahiran 1 September 1971 ini ditabsihkan sebagai legenda hidup masyarakat Turki.
Sayang, cerita emas itu telah berlalu. Sukur yang dulu begitu dipuja dan dielu-elukan masyarakat Turki, tak ubahnya seorang pahlawan, kini berbalik 180 derajat.
![CNBC Indonesia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/16/images-1-5e203ccdd541df2a07418b12.jpeg?t=o&v=555)
Sukur kini hanyalah masyarakat biasa yang hidup sengsara jauh dari negaranya. Si Banteng dari Bosphorus itu kini hanya menjadi driver ojol Uber di Amerika Serikat (AS).
Kenapa hal ini bisa terjadi pada diri seorang Hakan Sukur?
Usut punya usut, semenjak pensiun dari lapangan hijau, sang mantan idola Turki itu terjun ke dunia politik yang sampai akhirnya harus menjadi "buronan" Turki, karena menjadi oposisi Presiden Recep Tayyip Erdogan. Sehingga, ia terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya dan kemudian tingal di Washington DC, AS.
"Saya tidak punya apa-apa lagi, Erdogan mengambil segalanya. Hak kebebasan saya, kebebasan berekspresi dan hak untuk bekerja," ujarnya kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag dan dilansir dari Football Italia, Selasa (14/1/2020).
"Sepertinya tidak ada yang bisa menjelaskan apa peran saya dalam kudeta itu. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang ilegal, saya bukan pengkhianat atau teroris."
"Saya mungkin menjadi musuh pemerintah, tetapi bukan negara atau bangsa Turki. Saya mencintai negara saya. Setelah berpisah dengan Erdogan, saya mulai menerima ancaman. Toko istri saya diserang, anak-anak saya dilecehkan, ayah saya dipenjara dan semua aset saya disita."