Mohon tunggu...
Aqil thea
Aqil thea Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

Memungut kata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jose "The Special One" Mourinho dan Keluhannya di Hotspur

14 Januari 2020   22:42 Diperbarui: 14 Januari 2020   23:02 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JIKA  bicara tentang sosok Jose Mourinho, ada dua suku kata yang melekat pada dirinya. Apalagi kalau bukan " orang spesial" atau dalam bahasa inggrisnya adalah The special one.

Ya, sebutan The spesial one pada sosok pria asal Portugal ini tentu saja bukan hanya sebutan tanpa arti atau bahkan sebutan kosong.

Sebutan atau lebih tepatnya julukan tersebut melekat pada Mou (panggilan kecil Jose Mourinho) sebagai bentuk pengakuan terhadap kepiawaian dirinya dalam meracik sebuah tim sepak bola yang pernah dilatihnya.

Hampir semua tim yang pernah merasakan sentuhannya selalu dibawanya menjadi juara. Sebut saja, FC Porto pernah dibawanya menjadi juara Liga Portugal, Piala Portugal dan Piala UEFA tahun 2003. 

Sukses yang lebih besar datang pada tahun 2004 ketika Mourinho memimpin klubnya menjadi juara Liga Portugal lagi dan memenangkan gelar paling bergengsi di Eropa yaitu Liga Champions.

Sukses bersama Porto, Mou melanjutkan pertualangannya dengan melatih tim Liga Primer Inggris, Chelsea. Bersama klub milik Roman Abramovich ini, Mou sukses menyabet juara Liga Primer dua tahun berturut-turut pada musim 2005 dan 2006 dan berbagai gelar domestik lainnya.

Selepas dari Chelsea, Mourinho ditarik untuk melatih klub Serie A Italia, Inter Milan. Di Nerazzur,i Mou meraih sukses besar dengan meraih treble winners pada tahun 2010.

Paska melatih Inter, Mou melanjutkan kiprahnya di La Liga Spanyol dan berlabuh di klub raksasa Negeri Matador itu, Real Madrid. Bersama Madrid, Mou mempersembahkan trofi Copa del Rey di musim pertamanya diikuti trofi La Liga di musim kedua.

Pada tahun 2013, Mourinho kembali lagi membesut Chelsea. Lagi-lagi pada musim 2014-2015 dia mampu meraih gelar juara Liga Primer Inggris.

Selesai dengan Chelsea malah menyebrang ke sesama klub Liga Primer Lainnya, Manchester United.

Meski tidak mampu membawa setan merah (julukan Manchester United), tapi Mou masih sanggup memberikan satu gelar Comunity shied, satu Piala Liga dan satu Piala Liga Eropa.

Namun kebersamaannya dengan Manchester United tidak berlangsung lama, menyusul serangkaian hasil buruk yang diterimanya. Mou pun akhirnya dipecat manajemen setan merah.

Setelah dipecat, Mou pun menganggur sampai akhirnya pada pertengahan November 2019 lalu, Totenham Hotspur mengontraknya untuk menggantikan pelatih sebelumnya, Maurucio Pochetino.

Awal-awal membesut The Lilywhites (jukukan Hotspur) ada secercah harapan, tangan dingin Mou bakal bisa mendongkrak penampilan Harry Kane dan kawan-kawan yang sebelumnya melakukan start buruk saat masih dilatih Pochetino.

Debut Mou bersama Totenham Hotspur mampu unggul atas lawannya West Ham United dengan skor 3-1. Padahal, waktu itu mereka melakukan laga tandang.

Namun, belakangan performa Hotspur kembali tidak stabil.dan belum memuaskan. Dari 13 laga yang sudah dilakoni bersama Mou, Harry Kanendan kolega hanya mampu memetik enam kemenangan, lima kekalahan dan sisanya berakhir imbang.

Di Liga Primer Inggris, posisi Tottenham masih belum stabil. The Lilywhites ada di urutan delapan dengan 30 poin dari 22 laga.

Dengan situasi yang dihadapinya sekarang, Mourinho yang biasa sukses mempersembahkan gelar bersama klub yang dilatihnya mulai sedikit mengeluh.

Menurut Mou, bukan perkara mudah menangani sebuah tim di pertengahan musim. Hal ini pernah dirasakan bersama klubnya terdahulu, Porto.

Selain itu, Pelatih asal Portugal ini juga menyinggung sejumlah pemainnya yang berada di ujung kontrak.

Dikatakan Mou, nama-nama seperti Christian Eriksen dan Jan Vertonghen tengah menjalani bulan-bulan terakhir dalam kontraknya. Sementara Eric Dier, Danny Rose, dan Victor Wanyama hanya terikat kontrak sampai Juni tahun depan. Hal ini dinilai memengaruhi penampilan tim.

Bahkan dengan gamblang, Mou juga menilai, menurunnya penampilan Eriksen tak lepas dari spekulasi masa depannya yang masih belum jelas. Totenham Hotspur menurutnya tengaj berada di akhir siklus.

"Ini baru kedua kalinya saya mendapatkan tim di pertengahan musim, ini baru kedua kalinya. Yang pertama juga tidak mudah karena saat waktu itu timnya di periode akhir, akhir sebuah era," ungkap Mourinho dilansir FourFourTwo.

"Itu adalah era tanpa gelar-gelar. Porto saat itu tidak menang, tapi saat itu memang merupakan sebuah akhir, saya tak mau bilang generasi namun itu akhir dari sebuah tim di akhir musim."

Referensi : satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun