Beberapa kali ibu minta dibawain jeruk saat saya mudik. Namun saya enggan, alasannya ya karena saya itu orang yang tidak mau repot. Toh saat mudik saya bisa beli jeruk semacam itu di pasar atau toko buah di Pati.
Tahun 2012/2013 ibu saya mulai sakit-sakitan, ada luka di bagian pencernaan beliau. Beberapa kali beliau dirawat di rumah sakit di Pati, Kudus, juga Semarang.
Tahun 2014 saya menjadi salah satu pemenang lomba di Kompasiana, dan diganjar ksempatan berkunjung ke salah satu perusahaan tambang di Sumbawa bersama belasan pemenang lainnya. Kabar gembira ini saya sampaikan juga kepada keluarga di Pati.
Ibu minta dibawakan oleh-oleh kain dari Sumbawa. Namun sayang, karena kondisi internal di perusahaan tambang yang akan saya kunjungi, maka kunjungan diundur dari rencana bulan April 2014 sampai waktu yang belum bisa ditentukan saat itu. Jadi permintaan ibu juga belum bisa saya penuhi.
Sabtu pagi, 26 Juli 2014 saya memetik belasan butir jeruk di halaman depan. Rencananya mau saya bawa mudik sebagai untuk memenuhi permintaan ibu, yang berkali-kali belum sempat saya penuhi. Sabtu siang saya berangkat dari Tangerang menuju  Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Sekantong kresek jeruk ada bersama beberapa pakaian yang saya masukkan ke ransel.
Sabtu sore pesawat mendarat di Ahmad Yani, Semarang. Saya sempat kesulitan mendapatkan kendaraan dari Semarang, dan akhirnya saya sampai di Pati hampir jam 8 malam. Cukup lama terlambatnya!
Saat saya hampir tiba di rumah, dari jauh saya melihat ada tenda terpasang dan beberapa orang berkumpul. Ada acara apa ya, saya bertanya dalam hati. Pakdhe saya, kakak dari ibu, berdiri dan menghampiri saya saat itu. Pakdhe menepuk pundak saya, "yang sabar ya," katanya.
Saya berjalan cepat menuju ke rumah. Sebuah peti kayu berada di ruang tamu, dan saya melihat ibu berbaring di dalamnya. Saya duduk di kursi di dekat peti, memandangi wajah ibu yang terdiam dan tersenyum.
Rupanya ibu telah pergi sore itu, setelah beberapa tahun bertahan dari sakit yang diderita. Sengaja saya tidak diberitahu soal berita duka ini, karena memang saya sudah dalam perjalanan pulang. Ibu memilih waktu 'pulang' pada hari di mana semua anak-anaknya berkumpul.
Kantong plastik yang berisi jeruk permintaan ibu  saya ambil dari ransel, dan saya masukkan ke kulkas warna biru tua yang ada di dapur. Maafkan aku, Ibu, jika engkau tidak sempat merasakan jeruk yang sudah beberapa kali engkau minta itu.