"dia pergi, dia pergi! penyair itu pergi!"
hening dusun kaki bukit sekonyong-konyong pecah oleh teriak dan tanya
"benarkah dia pergi?
lantas siapa kelak yang akan memandu burung-burung menembang kala pagi datang?"
"ke mana dia pergi?
siapa yang hendak merayu matahari menderma sinar pada kebun, halaman dan pondok kami?"
tanya tanpa jawab bak sampiran-sampiran sajak terhenti pada larik satu-dua
"benarkah dia pergi?
kemarin dia masih bermesra-mesra dengan pepohon flamboyan. melukis kuncup-kuncup merah yang di akhir musim besok akan merekah."
"ke mana dia pergi?
kemarin dia datang di kenduri kawin anak kami. melabur langit dengan kelir-kelir pelangi, merapal doa-doa suci cinta abadi."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!