[caption caption="Ilustrasi: Lukisan RA. Kartini | KOMPAS/PRIYAMBODO"][/caption]matahari oranye tanggal dua puluh satu. mekar berbunga
ku lihat hiruk-pikuk gadis-gadis belia
terhuyung-huyung menyunggi sanggul
terseok-seok berbalut kebaya
berhias pupur tebal gincu menyala
ku lihat hiruk-pikuk ibu-ibu muda
merajang-rajang sayur dan rempah
menggoreng bandeng-tempe-kerupuk
aroma mengepulnya menggugah seleraÂ
ku lihat hiruk-pikuk wanita pemuja sastra
memulung ceceran aksara
menjahitnya pada untaian kata
larik dan bait puitis tersusun memesona
"oh, IBU. ini cara kami mengenang namamu. Â
dalam anggun berbusana
dalam olahan bercita rasa
dalam elok syair pujangga."
matahari oranye tanggal dua puluh satu. meluruh di ujung ufuk
pupur dan gincu luntur Â
hidangan dingin nyaris basi
kata-kata hilang marwahnya
maka namamu tinggallah gemaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H