Mohon tunggu...
Don Eskapete
Don Eskapete Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

who am i?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Bahtera

7 November 2015   23:09 Diperbarui: 7 November 2015   23:09 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Oleh: Don Eskapete (85)

 

Kemarau panjang melanda negeri Wanaraya. Sudah lebih dari tujuh bulan satwa-satwa negeri itu dilanda kekeringan, padahal tahun-tahun sebelumnya musim kemarau dan panas berbagi waktu secara adil, enam bulan masing-masing setiap tahunnya.

"Ini siklus dasawarsa di negeri Wanaraya ini," kata Gajah. "Masih ada satu bulan lagi musim panas berlangsung, sebelum hujan pertama datang."

Siang itu para satwa tengah berkumpul, membicarakan masalah kekeringan yang dialami penduduk negeri. Setiap sepuluh tahun sekali negeri itu akan mengalami anomali. Kemarau panjang akan berlangsung selama 8 bulan, sementara musim hujan sangat pendek selama 4 bulan sisanya.

Rusa, Kancil, Banteng, Kelinci, dan hampir semua penduduk berkumpul. Gajah, yang baru saja terpilih setahun sebelumnya oleh penduduk Wanaraya untuk menjadi pemimpin negeri, berdiri di tengah lingkaran dan memimpin berlangsungnya musyawarah istimewa siang itu.

***

 

"Pak, kenapa tidak ikut datang musyawarah? Semua satwa ikut dan hanya kita yang tidak hadir," tanya Ibu Macan kepada suaminya.

"Aku tidak akan lagi menghadiri setiap perkumpulan satwa," jawab Bapak Macan.

"Sudahlah, Pak. Tidak baik menyimpan dendam. Lupakan saja hal itu..."

"Aaah, jangan sok menasihati aku!"

Setahun lalu Macan gagal terpilih menjadi pemimpin negeri Wanaraya. Ia kalah tipis dari Gajah, yang lebih dipercaya untuk mengomandoi Wanaraya. Macan masih saja menyimpan dendam atas kekalahannya itu.

 

***

 

"Tapi ingat, Pak Gajah. Setelah kemarau berakhir akan turun hujan lebat. Sepuluh tahun lalu hal seperti ini pernah terjadi," kata Kancil.

"Benar, bahkan seminggu lebih hujan lebat turun tanpa henti," timpal Rusa. "Kami masih merasa ngeri akan bencana banjir besar sepuluh tahun silam."

"Untuk itulah saya mengajak semua warga bermusyawarah," jawab Gajah. "Kita tidak bisa menolak datangnya hujan. Yang kita bisa lakukan adalah bagaimana mencegah supaya bencana besar tidak kita alami. Ada yang bisa memberi masukan?"

Sejenak para satwa terdiam. Masing-masing sibuk memikirkan jalan keluar untuk permasalahan yang akan terjadi.

"Kita perlu sebuah perahu. Perahu yang sangat besar yang bisa menampung seluruh penduduk supaya terlindungi dari hujan besar," usul Kelinci.

"Usul yang bagus. Saya setuju sekali. Masih ada waktu satu bulan sebelum musim hujan datang, dan kita perlu bekerja keras untuk membuat sebuah bahtera. Apakah kalian juga sependapat?" tanya Gajah.

Semua satwa mengangguk dan memandang bagus usul itu.

"Setuju!"

***

 

Kesibukan terjadi di negeri Wanaraya. Setiap satwa bekerja keras sesuai kemampuannya agar sebuah bahtera bisa diselesaikan tepat waktu. Mereka yang bertubuh besar bertugas mengumpulkan dan mengangkat batang-batang kayu. Lalu ada yang mengikatnya dengan tali dari rotan. Sementara satwa bertubuh kecil mengumpulkan buah-buahan untuk persediaan makanan.

"Hei, apa yang kalian lakukan?" tanya Macan.

"Oh, Pak Macan. Ini, kami sedang mengangkut batang-batang kayu untuk dijadikan bahtera," jawab Kuda.

"Bahtera? Ah, sungguh bodoh kalian! Mau-maunya kalian dibohongi si Gajah. Untuk apa membuat bahtera? Konyol, sungguh konyol!"

Dari hari ke hari Macan terus mengejek para satwa dan berusaha menganggu pengerjaan bahtera. Namun sikapnya tersebut malah menjadikannya semakin dijauhi satwa yang lain.

***

 

Hampir sebulan penuh penduduk Wanaraya bekerja keras, dan lihatlah! Sebuah bahtera sudah selesai dikerjakan. Semua warga merasa puas.

Akhirnya musim kemarau berakhir, dan musim hujan telah datang. Awan besar dan hitam pekat menggantung di langit. Tampaknya hujan lebat akan turun.

"Ayo para satwa, bawa setiap keluarga kalian untuk segera masuk ke dalam bahtera sebelum hujan turun. Jangan sampai ada yang tertinggal!" perintah Gajah.

Satu demi satu satwa mulai masuk. Dari kejauhan terlihat Kuda berlari mendekat ke bahtera.

" Kamu dari mana?" tanya Gajah.

"Aku menemui keluarga Macan dan mengajaknya ikut masuk ke bahtera. Namun ia menolaknya."

"Sudahlah jika demikian. Mudah-mudahan ia segera berubah pikiran, sebelum hujan deras turun. Ayo, masuk. Keluargamu sudah menunggu di dalam."

***

Hujan akhirnya turun. Siang dan malam tak henti-hentinya mengguyur negeri Wanaraya. Tanah yang semula kerontang berubah basah, bahkan tergenang oleh air. Pohon-pohon pun mulai terendam.

"Apakah semua warga dalam keadaan baik?" tanya Gajah.

"Semua baik-baik."

Sudah seminggu hujan turun dengan lebat. Air sudah menggenang tinggi, seukuran dua kali leher kuda. Bahtera pun mulai terangkat dari tanah.

" Hei, lihat di luar sana!" seru Gajah.

Empat ekor satwa terlihat berenang mendekati bahtera. Ibu Macan, Bapak Macan, dan dua anaknya dengan tubuhnya yang menggigil terlihat kepayahan berenang di genangan air.

"Cepat bantu mereka untuk segera naik bahtera!" perintah Gajah.

Dengan susah payah, satu per satu anggota keluarga Macan berhasil naik ke bahtera dengan bantuan satwa lainnya.

"Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Gajah.

"Kami sedikit kedinginan. Sudah seminggu ini kami berusaha bertahan dari hujan, namun genangan air tidak menunjukkan tanda-tanda menyurut," jawab Macan. "Akhirnya kami memutuskan untuk berenang mencari tempat aman ke bahtera ini."

"Syukurlah, kalian tidak apa-apa."

"Maafkan saya, maafkan keluarga saya. Kami merasa malu atas sikap yang kami lakukan selama ini."

"Sudahlah, lupakan yang sudah terjadi. Yang terpenting mulai sekarang kita hidup rukun bersama. Kita semua adalah keluarga. Keluarga besar negeri Wanaraya!"

***

 

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun