Mohon tunggu...
Dondon
Dondon Mohon Tunggu... -

Pemimpi yang jarang tidur

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu yang Terluka

31 Desember 2018   09:52 Diperbarui: 3 Januari 2019   17:59 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/Free-Photos

Bulir embun tergelincir di ujung daun
Tertiup sepoi angin ke selatan
Membisikkan angan yang terlarang
Tentang rindu yang berbatas ruang

Pagi menggigil berselimut rinai
Merangkul mata yang basah terkulai
Rintik hujan berdendang merdu
Melantunkan gending melodi rindu

Menguak pedih yang lama bersarang
Bak membasuh luka dengan air garam
Gelembung sakit kehilangan
Tak jua pecah oleh tangis semalam panjang
Gerimis tumpah dari kelopak mata
Ketika menyesap aroma basa
Petir menggelegar di sudut bibir merah
Badai dalam dada berputar membabi buta
Menusuk sesak; mengoyak luka

Larik demi larik mengalir tanpa irama
Napas rindu berhembus tiada jeda
Ketika perlahan mata dan hati terbuka
Dunia tidak lagi sama

Taburan bunga-bunga menjadi saksi nyata
Hujan telah menghapus jejak-jejak kisah
Merenggut kenangan tanpa sisa

Sudut Kota, 31 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun