Seperti yang aku ceritakan tadi, Aprianto pergaulannya luas. Selain menjalin relasi dengan masyarakat dan pemuka desa,dirinya juga giat membangun networking dengan instansi-instansi lain yang mempunyai otoritas di wilayah kerjanya.Â
Polair adalah sala satu mitra kerja yang  mendukung Aprianto  mengawasi area restrorasi mangrove di Sungsang.Nah,kami beruntung hari itu diantar  speed  milik Polair ke Pantai Tanjung Carat Â
Melalui pedestrian diantara pepohonan mangrove kami berjalan menuju speed milik Polair ditambatkan.Diranting pohon kulihat beberapa  Macaca fascicularis  bergelayut  sambil mengamati orang yang melintasi pedestrian.Â
Begitu semua penumpang siap berangkat,nahkoda langsung tancap gass.Â
Arus deras Selat Bangka membuat speed terguncang-guncang seperti bis yang mekewati jalan berlubang.Hembusan angin dan cipratan air mengingatkan aku akan sensasi naik jeep lava tour Merapi
Alhamdulilah,Sungsang 4 Â Pantai Tanjung Carat hanya sekitar 20 menit.Seandainya lebih lama mungkin aku sudah mabuk laut.
Tiba di Tanjung Pantai Tanjung Carat, perahu mendarat di pasir halus berwarna kehitaman. Kira-kira 100 meter dari rumah pohon yang jadi tempat beristirahat peneliti dan tetamu yang berkunjung ke mari.
Masalahnya jarak 100 meter itu harus melintasi air laut setinggi betis dan lumpur sedalam pergelangan kaki.Akhirnya kami turun dari speed dengan membuka sepatu dan menggulung kaki celana.Â
Eit,hati-hati melangkah.Ada banyak kulit  kerang dan ratusan bibit mangrove yang tersebar di sepanjang pantai.Â