Sekilas bibit-bibit mangrove yang berjejer dalam polybag  terlihat sama saja. Waduh bestie, ternyata menurut Aprianto ada sekitar 16 jenis mangrove yang coba diperbanyak disini.
Salah satunya adalah Kandelia  Candel, varietas  ini diklaim paling banyak menyerap karbon dibanding  mangrove jenis lain.
Sebagai info Ekoeduwisata Mangrove Desa Sungsang 4 Â masuk nominasi 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia ( ADWI) 2023. Prestasi yang menjadi motivasi bagi masyarakat,Pemda dan tentu saja CIFOR untuk melanjutkan misi meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar tentang mata pencarian alternatif yang efektif di ekosisitem mangrove.
Keberadaan Ekoeduwisata Mangrove di Sungsang lV Â tidak hanya berdampak pada alam dan hewan. Masyarakat dan nelayan Sungsang juga mulai merasakan dampak postif bagi perekonomian mereka.
Misalnya UMKM kuliner local seperti pempek dan kerupuk udang yang banjir pesanan dari tamu-tamu yang datang. Kang Ojek dan Kang  Speed juga mendapat tambahan peghasilan dari mengantar  wisatawan yang ingin berkeliling Sungsang.
Berkaitan dengan itu Aprianto menyampaikan  rencana jangka panjang CIFOR dalam pengembangan Ekoeduwisata Mangrove Sungsang 4. '....selain koleksi Herbarium nanti kami juga akan membuat Arboretum mangrove ...' imbuhnya penuh semangat.
Sembari beranjak kembali ke warkop,aku mulai mikir nih  jauh-jauh dari Palembang rasanya tanggung bener,kalau cuma melihat kebun bibit yang tak seberapa luas di halaman sekertariat saja. Jadi, kami langsung setuju, waktu Aprianto  menawarkan untuk ikut dengannya melihat area restorasi mangrove di Pantai Tanjung Carat.Â
Tak lama kemudian seorang anggota Polisi Air datang menjemput. Kok dijemput Polisi Air?Â