Dan aku kaget mendengar, suara perempuan yang  menyahut.
' Ai ..belum......baru masang dek '  jawabnya sambil kembali menengelamkan tangkul,  di rawa dangkal  samping rumah panggung.
Sambil mikir mau nanyain apa lagi, aku berteduh di samping lapak pempek.Eh, tak lama perempua itu mengankat  tangkulnya lagi.Aku dan gadis kecil itu, menatap penuh harap.
Melihat tak ada ikan yang terjaring, gadis kecil tadi mulai gusar.Ember hitam ditinggalkannya,lalu duduk berteduh bersamaku.
Setelah basa-basi dikit, akhirnya aku tahu namanya Putri . Ia adalah cucu,dari perempuan yang menangkul itu. Alena, jawabnya saat kutanya siapa nama nenek. Meski sudah dipangil nenek, Alena tak setua yang kalian bayangkan. Â Ia masih terlihat cekatan dan kuat.
Putri sekarang kelas 4 sekolah dasar. Sesekali saja menemani neneknya, menangkul di rawa-rawa  sepanjang jalan Kemas Rindo.Kalau lagi dapat banyak, biasanya dijual pada orang  yang kebetulan bertemu di jalan.
 Tapi lebih sering dimasak sendiri, atau dibuat jadi bekasam -- ikan yang difermentasi dengan nasi. Cerita Putri terpotong, saat dua anak lelaki melintas
 Satu anak memeluk, bilah bambu dan gulungan jala. Aih ternyata mereka juga akan menangkul. ' Dasar tukang ikut-ikutan..'  kudengar Putri bergumam
Awalnya aku ingin melihat bagaimana,kedua anak itu merakit tangkul.Tapi suara teriakan Alena, menghentikan langkahku. Ia menunjukan hasil tangkapannya
Aku pindah haluan mendekati anak lelaki, yang  sudah turun ke air. Gagang takul dipegangnya erat. Dengan sekuat tenaga, dia mengankat tangkul  ke udara. Jantungku berdebar.......ah lagi -- lagi zonk !