Pemberian Penghargaan kepada pelaku seni dan pemerhati seni yang berprestasi Kota Palembang  2018 selasa(28/08)  Hotel Grand Atyasa- Palembang.Dihadiri komunitas penggiat seni,pembina adat dan pejabat dilingkungan Dinas Kebudayaan  Kota Palembang.
Plt Walikota Palembang- Dr.H Ahmad Najib dalam sambutanya mengatakan, penghargaan  diberikan sebagai bentuk rasa terimakasih kepada para seniman yang sudah  melestarikan dan memperkenalkan budaya Palembang.
Sudirman Teguh.MM-Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang sebagai penyelenggara , menghimbau seniman untuk mulai melakukan regenerasi. Seni budaya Kota Palembang semakin terlupakan, karena generasi muda tidak tahu kemana harus bertanya dan belajar. Bila tidak disosialisasikan, lama-lama  kebudayaan Palembang akan hilang.
Penerima penghargaan pelaku seni dan pemerhati seni yang berprestasi Kota Palembang  2018
Elly Aggraini - Seni Tari
Kamsul Arifudin - Â Seni Musik
Kgs.Wirawan Rusdi - Seni pertunjukan  wayang Palembang
M.Idris - Seni rupa
Rendi Putra Ramadhan - Seni pertunjukan teater
Seniman senior ini mengharapkan, penghargaan kepada seniman tidak sebatas hanya seremonial belaka. Lebih penting adalah penghargaan, terhadap hak atas kekayaan intelektual mereka (HAKI). Sering kali hak seniman lokal dilanggar, bahkan oleh pihak-pihak yang harusnya memberi contoh kepada masyarakat bagaimana cara mematuhi undang-undang hak cipta.
Misalnya Kamsul Arifudin, penerima penghargaan seni musik. Lelaki yang gemar berkaca mata riben ini, adalah  pencipta lagu pop Palembang-Ya Saman. lagu tersebut, sudah terdaftar pada Dirjen HAKI.Â
Grup Band Armada, menyanyikan lagu ini dalam Opening Seagames 2011 lalu. Jangankan membayarkan haknya sebagai pencipta, panitia penyelenggara bahkan tidak memberi tahu Kamsul kalau akan menampilkan lagu tersebut.
Cek Elly, penerima penghargaan seni tari. Tari  Tanggai adalah master piece karyanya. Tari penyambutan tamu,  yang sekarang menjadi ikon seni tari Sumatra Selatan. Yang membuat Cek Elly kesal, ada saja  instruktur tari  yang mengacak-acak koreografinya sehingga tidak lagi "asli".
Padahal, perlu waktu lama  untuk merenungkan bagaimana setiap gerakan akan mencerminkan filosopi hidup dan kemegahan budaya masyarakat Palembang. Tak cuma gerakan tari, bahkan musik pengirinyapun sudah mengalami perubahan.
Kak Edi, adalah penata musik  orisinal  Tari Tanggai. Ia dan grup musiknya menulis aransemen, sambil melihat Cek Elly menari. Setiap gerak jari dan hentakan kaki  menjadi pertimbangan dalam mengatur suara.
Diluar soal menjadi lebih enak untuk didengar, Kak Edi mengatakan orkestra mungkin cocok untuk  tari balet. Tarian kreasi tradisional Sumatra Selatan, amat mengandalkan ketukan-ketukan musik sebagai penanda. Sehingga saat dipentaskan dengan iringan musik versi orkestra, alunan musik dan gerakan tari berjalan sendiri-sendiri.
Cerita-cerita soal  terabaikanya hak atas kekayaan intelektual seniman tidak hanya terjadi di Palembang. Kalau cuma sekedar tropy, mungkin mereka bisa beli sendiri. Yang penting aksi nyata, pemerintah dan masyarakat yang menggunakan karya mereka. Bayarkan hak atas kekayaan intelektual mereka. Seniman juga manusia, perlu uang  untuk terus berkarya***donapalembang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI