Euforia Asian Games 2018, memeriahkan Palembang. Berduyun-duyun, semua datang ke Jakabaring Sport City. Dari yang niat nonton pertandingan, sampai  team hore yang cuma nonton pentas hiburan gratis.Â
Panas musim kemarau, membuat  es warna-warni dan minuman dingin dalam kemasan botol dan gelas plastik laris manis.  Setelah keramaian usai, tinggalah sampah yang berserakan di bawah pohon, jalan, dan taman kota. Setiap subuh, prajurit kebersihan DKK Palembang berjibaku membersihkan sampah yang bertebaran lokasi. Harus cepat, karena siang sedikit sudah ramai lagi pengunjung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang-Faizal  AR  memperkirakan volume sampah Kota Palembang, meningkat dua kali lipat selama event Asian Games. Pada hari biasa sampah Kota Palembang sudah mencapai 1.100 ton/hari (sumber-Palpos.com). Pekerjaan petugas DKK, semakin berat karena luasnya area dan tipisnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.  Dari sekian ribu ton itu, tentu saja 75% nya adalah sampah plastik dan styrofoam.Â
Perempuan Pengguna Kantong Plastik
Kantong plastik, pertama kali dipatenkan di Japang pada tahun 1972 . Sejak itu , kantong plastik untuk berbagai keperluan terus diproduksi. Bakul bambu, keranjang rotan dan daun-daun pembungkus, menjadi masa lalu. Kantong plastik, menjadi simbol moderenisasi.
Di pasar Pal Lima-Palembang, anak-anak menjual satu lembar plastik kresek hitam besar Rp.1000.Tergolong mahal, mengingat kadang  harga sayur Kangkung atau Bayam di pasar ini satu ikat juga Rp.1000. Â
Tetap saja, kresek-kresek itu laris manis. Sebagian besar, yang membeli adalah kaum perempuan. Nampaknya mereka tak terlalu peduli, soal nilai uang Rp.1000 untuk seikat sayur atau selembar plastik.
 Mengapa emak-emak lebih suka kantong plastik, dari pada membawa sendiri keranjang belanja?
Sampai sekarang perempuan masih mengangap, pergi ke pasar atau mall  adalah rekreasi dan tempat aktualisasi diri. Jadi tetap harus modis, meski cuma belanja di pasar becek. Plastik kresek lebih praktis, ringan dan tahan air. Bisa dilipat dan dimasukan kedalam dompet atau tas tanpa mengangu penampilan. Â
Sepulang dari pasar tradisional, setidaknya saya membawa 10 lembar  kantong plastik ke rumah. Karena setiap barang yang dibeli, sudah pula dikemas dalam kantong plastik. Dapat dibayangkan berapa jumlah kantong plastik yang gunakan perempuan Indonesia yang ke pasar dalam satu hari. Â